Bom Bunuh Diri Guncang Dua Masjid saat Perayaan Maulid Nabi, Puluhan Orang Tewas dan Luka-luka

JAKARTA - Bom bunuh diri mengguncang dua masjid di lokasi terpisah di Pakistan pada Hari Jumat, menyebabkan puluhan orang tewas dan luka-luka pada Hari Jumat, di tengah peringatan hari lahir Nabi Muhammad SAW, kata polisi dan pejabat kesehatan Pakistan.

Belum ada kelompok yang mengaku bertanggung jawab atas ledakan tersebut, salah satunya menyebabkan puluhan orang terjebak di bawah reruntuhan, kata media setempat.

Ledakan pertama terjadi di provinsi barat daya Balochistan, menewaskan 52 orang, menurut pejabat kesehatan distrik, Abdul Rasheed.

"Pembom meledakkan dirinya di dekat kendaraan polisi dekat Masjid Madina di mana orang-orang sedang berkumpul untuk melakukan perayaan," terang pejabat senior polisi Munir Ahmed, melansir Reuters 29 September.

Sedangkan serangan kedua terjadi di wilayah tetangga barat laut Khyber Pakhtunkhwa, menewaskan lima orang di sebuah masjid menurut petugas penyelamat. Sementara Geo News melaporkan atap masjid runtuh, menyebabkan sekitar 30 hingga 40 orang terjebak di bawah reruntuhan.

"Untungnya ada satu ledakan yang terjadi di pintu gerbang sehingga jamaah bisa keluar dari masjid, sehingga jumlah korbannya sedikit," kata Wakil Komisaris Distrik Hangu Fazal Akbar.

Tayangan televisi menunjukkan ratusan orang membantu korban cedera dengan memasukkan mereka ke ambulans setelah kejadian tersebut. Setidaknya 58 orang terluka, kata Abdul Rasheed, pejabat kesehatan, seraya menambahkan bahwa jumlah korban bisa bertambah karena banyak dari mereka yang terluka serius.

Kedua provinsi tersebut berbatasan dengan Afghanistan, mengalami serangan dari kelompok militan dalam beberapa tahun terakhir, yang bertujuan untuk menggulingkan Pemerintah Pakistan dan menerapkan hukum agama yang ketat.

Sementara itu, ledakan di Balochistan adalah serangan yang jarang terjadi terhadap warga sipil karena sebagian besar militan Islam menargetkan pasukan keamanan dalam gelombang serangan baru-baru ini.

Diketahui, serangan militan telah meningkat sejak tahun 2022 ketika gencatan senjata gagal antara pemerintah dan Tehreek-e-Taliban Pakistan (TTP), kelompok Sunni garis keras.

TTP, yang bertanggung jawab atas beberapa serangan paling berdarah di Pakistan sejak pembentukannya pada tahun 2007, membantah bertanggung jawab atas ledakan Hari Jumat.

Adapun serangan-serangan sebelumnya yang dibantah oleh kelompok tersebut, telah diklaim oleh organisasi sempalan yang tidak terkait erat dengan TTP.

Terpisah, meningkatnya serangan militan telah meningkatkan risiko bagi pasukan keamanan, menjelang pemilihan umum yang dijadwalkan pada Bulan Januari mendatang.