Peristiwa-peristiwa Teror yang Pernah Terjadi di Kota Nice Prancis
Peringatan peristiwa penyerangan di Nice, Prancis 2016 (Sumber: Wikimedia Commons)

Bagikan:

JAKARTA - Perdana Menteri Prancis Jean Castex menetapkan negaranya dalam situasi darurat setelah terjadi penyerangan di Kota Nice. Peristiwa seperti ini bukan pertama kali terjadi di kota tersebut. 

Peristiwa-peristiwa penyerangan yang pernah terjadi di Nice, kebanyakan terjadi pada perayaan hari-hari besar. Pada kasus penyerangan 29 Oktober kemarin misalnya, bertepatan dengan peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW. Sementara di tempat kejadian sendiri di Gereja Katolik saat itu tengah bersiap untuk menyambut 'Toussaint' atau Hari Raya Semua Orang Kudus yang akan diperingati tiga hari lagi.

Dewan Muslim Prancis mengutuk serangan tersebut dan meminta umat Islam membatalkan perayaan Maulid Nabi. Pembatalan tersebut dilakukan untuk tanda duka dan solidaritas dengan para korban dan orang yang mereka cintai.

Serangan tersebut terjadi ketika rakyat Prancis masih berkabung atas kematian Samuel Paty, seorang guru sejarah yang dipenggal muridnya beberapa hari lalu. Sejak pembunuhan Paty, pejabat Prancis, yang didukung oleh banyak warga biasa, telah menegaskan kembali hak untuk menampilkan karikatur tersebut. Gambar itu lantas dipajang secara luas sebagai bentuk solidaritas.

Tapi hal itu justru memicu amarah banyak umat Muslim di dunia. Gerakan memboikot produk Prancis pun menjamur di beberapa negara. Para pemboikot menyebut Presiden Prancis Emmanuel Macron sedang membuat agenda anti-Islam. 

Serangan-serangan

Peristiwa 29 Oktober bukan yang pertama kali terjadi di Nice. Tercatat serangan teror sudah berkali-kali terjadi sejak 2014.

Mengutip France24, Jumat 30 Oktober, Nice dikenal sebagai pusat liburan yang populer di kalangan wisatawan Prancis dan internasional. Pada 14 Juli 2016, ketika ribuan orang berkumpul untuk menonton pertunjukan kembang api di Nice untuk merayakan Hari Bastille, seorang warga Tunisia dengan sengaja mengendarai truk di tengah kerumunan dan menabrakan truk tersebut ke kerumunan. 

Sekitar 86 orang tewas dan lebih dari 400 lainnya luka-luka. Sementara ribuan lainnya masih berusaha mengatasi trauma yang mereka alami empat tahun kemudian. Kemudian Presiden Prancis saat itu, François Hollande, menyatakan serangan itu "bersifat terorisme yang tak terbantahkan".

Kota makmur di Côte d'Azur tersebut secara bertahap mendapatkan reputasi yang tidak menyenangkan sebagai tempat berkembang biaknya teroris. Ada sedikit informasi tentang serangan teror yang berhasil digagalkan oleh badan intelijen dan keamanan Prancis. 

Mundur dua tahun ke belakang, ada satu peristiwa teror bom yang menargetkan Karnaval Nice. Sebuah dokumen oleh Direktorat Jenderal Keamanan Dalam Negeri (DGSI), badan intelijen domestik Prancis, mengatakan Ibrahim Boudina, seorang pemuda Prancis yang lahir di Aljazair, berencana meledakkan bom selama acara yang menarik ratusan ribu pengunjung setiap tahun itu.

Masih di tahun yang sama, rencana teror yang dikaitkan dengan sekelompok radikalis menjadi headline di negara tersebut. Kabarnya ada satu keluarga yang terdiri dari sebelas orang yang pergi ke Suriah. Sementara putra tertua keluarga itu dilaporkan berada dalam radar intelijen selama dua tahun karena pandangan agamanya yang radikal.

Bukan cuma serangan teror, Nice juga telah lama berjuang melawan rasisme. Wali Kota Nice Christian Estrosi mempertanyakan hak mereka yang lahir di Prancis untuk menerima kewarganegaraan otomatis. Dia menyebut Muslim sebagai "kolom kelima" dan menggambarkan beberapa imigran sebagai orang Prancis hanya di atas kertas.

Estrosi membangun reputasi Nice sebagai kota yang tangguh dalam kejahatan dan menjadikan kota ini salah satu yang paling maju di Prancis dalam hal keamanan. Nice memiliki proporsi kamera pengintai tertinggi di seluruh Prancis.

Dalam hal pencegahan, kota ini telah membentuk tim pengacara, psikolog, dan pekerja sosial yang bertujuan untuk mencegah kaum muda meninggalkan negara untuk melakukan jihad di luar negeri. Kota Nice juga memiliki salah satu dari sedikit program Prancis yang ada untuk membantu para jihadis yang kembali untuk berintegrasi kembali ke dalam masyarakat.