Penyerangan di Vienna: Perbatasan Kota Diperketat sampai Sekolah Diliburkan
Ilustrasi (Pixabay/parameciorecords)

Bagikan:

JAKARTA - Seorang pria bersenjata melepaskan tembakan ke banyak penjuru Kota Vienna, Austria pada Senin 2 November kemarin. Serangan itu mengakibatkan dua orang tewas. Pemerintah setempat juga memperketat pemeriksaan perbatasan kota dan mewajibkan anak-anak untuk tidak pergi ke sekolah.

Selain dua orang tewas, menurut Wali Kota Vienna Michael Ludwig yang dikutip Reuters, 15 orang lain dirawat di rumah sakit dengan tujuh orang dalam keadaan luka serius. Menteri Dalam Negeri Karl Nehammer memperingatkan masyarakat Austria untuk menjauh dari pusat kota.

Nehammer mengatakan pada awal konferensi pers bahwa "beberapa" orang telah tewas. Seorang pejabat kemudian mengklarifikasi bahwa dua orang tewas, seorang warga sipil dan salah seorang penyerang. Nehammer mengatakan keenam lokasi dalam serangan itu berada di dekat area sinagoga. 

“Kami telah mengumpulkan beberapa unit pasukan khusus yang sekarang sedang mencari terduga teroris. Oleh karena itu, saya tidak membatasinya di area Vienna, karena mereka adalah pelaku yang kerap berpindah-pindah,” kata Nehammer.

Kurz mengatakan tentara akan melindungi situs-situs penting di Vienna sehingga polisi dapat fokus pada operasi anti-teror. Ia menambahkan para penyerang memiliki perlengkapan yang baik dengan senjata otomatis dan terlihat telah "dipersiapkan secara profesional."

Serangan itu terjadi beberapa jam sebelum kuncitara sebagian diberlakukan karena meningkatnya penyebaran COVID-19. Restoran, kafe, dan hotel ditutup dan jam malam akan diberlakukan. Pihak berwenang tidak memberikan identitas penyerang atau alasan serangan itu.

"Kami benar-benar belum bisa mengatakan apa-apa tentang latar belakangnya," kata Kurz. “Tentu saja latar belakang anti-Semit tidak bisa dikesampingkan.”

Pemimpin komunitas Yahudi Oskar Deutsch mengatakan tidak jelas apakah sinagoga dan kantor yang bersebelahan telah menjadi target penyerangan. Setelah peristiwa tersebut, kantor dan Sinagoga tersebut ditutup.

"Setelah mendengar tembakan, kami melihat ke bawah (dari) jendela dan melihat orang-orang bersenjata menembaki tamu dari berbagai bar dan pub," kata Rabbi Schlomo Hofmeister yang tinggal di area Sinagoga. "Orang-orang bersenjata itu berlarian dan menembak setidaknya 100 peluru atau bahkan lebih di depan gedung kami," tambahnya.

Serangan Sinagoga

Serangan di area Sinagoga tercatat pernah terjadi pada 1981. Serangan yang dilakukan oleh dua orang Palestina itu menewaskan dua orang dan 18 lainnya luka-luka.

Lalu empat tahun kemudian kejadian serupa terjadi. Sebuah kelompok ekstremis Palestina membunuh tiga warga sipil dalam sebuah serangan di bandara. 

Presiden Prancis Emmanuel Macron, yang telah menghadapi dua serangan mematikan di Paris dan Nice dalam beberapa pekan terakhir, mengeluarkan pernyataan yang mengungkapkan keterkejutan atas peristiwa di Vienna. Ia juga mengungkapkan kesedihannya atas peristiwa tersebut.

“Ini Eropa kita,” katanya. “Musuh kita harus tahu dengan siapa mereka berurusan. Kami tidak akan mundur.”