Presiden Erdogan Sebut Turki Peringatkan Rusia Usai Penyerangan Kapal di Laut Hitam

JAKARTA - Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan pada Hari Kamis mengatakan, pihaknya telah memperingatkan Rusia terkait penyerangan terhadap kapal kargo Turki akhir pekan lalu, untuk menghindari eskalasi lebih lanjut setelah insiden tersebut.

"Setelah intervensi tersebut, rekan-rekan kami di Federasi Rusia telah diperingatkan secara tepat, untuk menghindari upaya-upaya seperti itu, yang meningkatkan ketegangan di Laut Hitam," kata Kepresidenan Turki, melansir The National News 18 Agustus.

Kapal Sukru Okan mengibarkan bendera Palau ketika ditembaki oleh angkatan laut Rusia pada Hari Minggu lalu.

Personel militer Rusia kemudian naik ke kapal untuk melakukan pemeriksaan, sebelum membiarkannya berlayar menuju pelabuhan Izmail di Ukraina - rute ekspor utama untuk produk pertanian Kyiv.

Insiden ini terjadi di tengah-tengah lonjakan serangan di wilayah Laut Hitam, setelah Rusia memutuskan untuk menarik diri dari kesepakatan biji-bijian Laut Hitam penting dengan Ukraina bulan lalu.

Turki membantu menengahi kesepakatan yang didukung oleh PBB ini, menggunakan hubungan baiknya dengan Moskow dan Kyiv untuk mencapai satu-satunya kesepakatan besar yang dicapai oleh kedua belah pihak selama perang.

Namun, kantor Presiden Erdogan sebelumnya mendapat kritikan di dalam negeri, karena tidak mengatakan apa-apa mengenai serangan Rusia terhadap kapal Turki ketika itu.

Kantornya menanggapi kritik pada Hari Kamis dengan mengatakan, secara teknis terserah kepada Palau untuk menangani insiden tersebut.

"Meskipun pemilik kapal Sukru Okan adalah orang Turki, kapal tersebut tidak berbendera Turki," jelas kantor kepresidenan.

"Dalam hukum internasional, 'bendera negara' lebih penting daripada nama kapal atau pribadi pemiliknya," sambung kantor itu.

Diketahui, Palau adalah negara kepulauan di Pasifik yang benderanya sering digunakan oleh perusahaan pelayaran, untuk mengakses pelabuhan internasional secara bebas.