Mantan PM Pakistan Imran Khan Tuduh Militer Berusaha Menghancurkan Partainya

JAKARTA - Mantan Perdana Menteri Pakistan Imran Khan menuduh militer dan badan intelijennya secara terbuka berusaha menghancurkan partai politiknya, mengatakan dia "tidak ragu" akan diadili di pengadilan militer dan dijebloskan ke penjara.

Khan sebelumnya telah mengisyaratkan keterlibatan militer dalam tindakan keras terhadap partainya Pakistan Tehreek-e-Insaf (PTI). Tetapi, komentarnya dalam sebuah wawancara di rumahnya di Lahore pada Sabtu malam adalah yang paling blak-blakan.

"Ini benar-benar kemapanan," kata mantan pahlawan kriket itu kepada Reuters seperti dikutip 5 Juni, ketika ditanya siapa yang berada di balik tindakan keras tersebut.

"Kemapanan jelas berarti pendirian militer, karena mereka sekarang benar-benar terbuka - maksud saya, itu bahkan tidak tersembunyi sekarang, mereka terbuka," lanjutnya.

Sementara itu, pihak militer, yang telah menjalankan negara secara langsung atau tidak langsung selama 75 tahun sejarahnya, dan jarang menghadapi tantangan publik terhadap kekuasaannya seperti yang dialami Khan, tidak menanggapi permintaan komentar.

Kebuntuan selama setahun antara Khan, pemimpin paling populer Pakistan menurut jajak pendapat, dengan tentara memuncak ketika bangunan dan properti militer dijarah bulan lalu, diduga oleh para pendukungnya.

Kerusuhan politik telah meningkatkan ketidakpastian di negara bersenjata nuklir berpenduduk 220 juta jiwa itu, yang juga dilanda gejolak keuangan. Perekonomiannya yang senilai 350 miliar dolar AS berjuang untuk mencegah default, mengendalikan rekor inflasi dan menghadapi mata uang yang anjlok.

Khan menyebut protes kekerasan, yang meletus setelah ia sempat ditahan, sebagai "operasi bendera palsu" yang dimaksudkan untuk menyasar dirinya.

Sementara, pihak berwenang telah memulai proses mengadili puluhan orang, termasuk anggota partainya, yang diduga terlibat dalam aksi protes di pengadilan militer --biasanya diperuntukkan bagi anggota dinas atau yang dikategorikan sebagai musuh negara.

"Itulah satu-satunya cara mereka akan menjebloskan saya ke penjara," sebut Khan, menambahkan bahwa militer ingin menghentikannya kembali berkuasa dalam pemilihan yang dijadwalkan pada November.

Dia mengatakan, sekitar 150 kasus pidana yang diajukan terhadapnya tidak masuk akal dan akan ditolak di pengadilan sipil mana pun.

Mantan PM Pakistan Imran Khan. (Twitter/@ImranKhanPTI)

"Jadi satu-satunya harapan mereka, dan karena mereka bertekad untuk menyingkirkan saya, saya pikir mereka akan melakukannya, seluruh sandiwara pengadilan militer mereka adalah untuk memenjarakan saya," jelas Khan.

"Saya sama sekali tidak ragu, pengadilan militer ditujukan untuk saya," tandas Khan, yang dibebaskan dengan jaminan.

Terpisah, Amnesty International sebelumnya mengatakan, pengadilan militer Pakistan telah mengabaikan proses hukum, kurangnya transparansi, pemaksaan pengakuan dan eksekusi setelah pengadilan yang tidak adil.

Tak hanya itu, Khan mengatakan agen mata-mata paling kuat di negara itu, Inter Services Intelligence (ISI) militer, sangat terlibat dalam tindakan keras itu.

Dia mengatakan dua anggota senior partainya dipanggil oleh agensi untuk melakukan pembicaraan.

"Dan ketika mereka pergi ke sana, mereka diam saja dan berkata 'Kamu (tidak akan) pergi kecuali kamu tidak lagi menjadi bagian dari PTI.'"

Khan mengatakan, dia telah mencoba menghubungi militer untuk melakukan pembicaraan guna menemukan jalan keluar dari krisis saat ini. Tetapi, tidak ada tanggapan dan dia tidak tahu mengapa panglima militer, Jenderal Asim Munir, "terpaku" untuk mengesampingkannya.

Sebelum menjadi panglima militer pada November 2022, Munir adalah kepala ISI - jabatan yang tiba-tiba dicopot pada 2019 saat Khan menjadi perdana menteri.

Khan sendiri digulingkan dari jabatannya dalam pemungutan suara parlemen tahun lalu, yang menurutnya diatur oleh para jenderal top Pakistan. Namun, militer menyangkal hal ini.

Tidak ada alasan resmi yang diberikan atas pemecatan Munir yang terlalu dini, tetapi Khan mengakui dalam wawancara, untuk pertama kalinya, bahwa dia ingin Munir keluar dari peran tersebut.

"Saya pikir mungkin dia memiliki dendam karena saya memintanya untuk mengundurkan diri" sebagai kepala ISI. Aku tidak tahu," ungkap Khan.

Ketika ditanya mengapa dia meminta Munir untuk mengundurkan diri, Khan berkata: "Anda tahu, saya, sebagai perdana menteri, merasakan bagaimana badan intelijen itu dijalankan... Saya memiliki masalah dengan itu," tandasnya tanpa merinci.

Belakangan, Munir kemudian dipilih sebagai jenderal tertinggi negara oleh penerus Khan sekaligus saingan politiknya, Perdana Menteri Shehbaz Sharif.

"Dia seharusnya tidak memiliki masalah dengan itu sekarang karena dia adalah panglima militer," sebut Khan, merujuk pada pencopotan Munir sebagai kepala ISI.

"Jadi mengapa dia menyimpan dendam itu?" tanyanya.

Khan mengatakan dia bingung dengan kampanye melawannya.

"(Saya) seseorang yang telah dikenal di negara ini selama 50 tahun, yang mungkin memenangkan semua penghargaan di negara ini dan mungkin orang Pakistan yang paling terkenal, dan tiba-tiba diperlakukan sebagai semacam alien, sebagai musuh negara," pungkasnya.