JAKARTA - Mantan perdana menteri Pakistan tengah berada di penjara, Imran Khan, menggunakan klip audio yang dihasilkan oleh kecerdasan buatan (AI) untuk berbicara kepada para pendukungnya, hal yang pertama kalinya terjadi dalam politik di negara itu, meski ada gangguan internet.
Audio tersebut, diputar dengan latar foto Khan selama kampanye secara online Partai Pakistan Tehreek-e-Insaf, menarik lebih dari 1,4 juta penayangan di YouTube dan ditonton langsung oleh puluhan ribu orang di media sosial lainnya.
"Partai kami tidak diperbolehkan mengadakan rapat umum," kata Khan dalam pidatonya, dan mendesak para pendukungnya untuk hadir dalam jumlah besar pada pemilihan umum yang dijadwalkan pada 8 Februari, melansir Reuters 18 Desember.
"Pendukung kami diculik dan keluarga mereka dilecehkan," sambungnya.
Gangguan saat streaming langsung memicu kekhawatiran transparansi mengenai Pemilu mendatang, namun dengan pengguna di seluruh negeri mengeluhkan kecepatan internet yang lambat dan pembatasan, sebuah teknik yang digunakan regulator telekomunikasi untuk menghambat streaming pada aplikasi.
Sementara itu, regulator telekomunikasi Pakistan mengatakan gangguan tersebut sedang diselidiki, namun menambahkan bahwa akses internet secara keseluruhan tampak normal.
Pidato Khan dihasilkan dari versi tertulis yang disetujuinya di penjara, kata para pejabat partainya, yang menggelar acara tersebut karena menghadapi tindakan keras yang didukung negara terhadap pertemuan fisik, sementara pemimpinnya tidak bisa tampil di media.
Murtaza Solangi, menteri informasi di pemerintahan sementara Pakistan yang ditugaskan untuk mengawasi Pemilu yang diduga menguntungkan lawan Khan, tidak menanggapi permintaan komentar dari Reuters.
Diketahui, Khan dipenjara sejak dinyatakan bersalah dan dijatuhi hukuman tiga tahun penjara atas tuduhan korupsi pada 5 Agustus, Khan mengikuti puluhan peradilan, dengan beberapa persidangan diadakan di penjara secara tertutup, yang menurut para ahli hukum melanggar hak atas proses yang adil.
BACA JUGA:
Krisis politik telah melanda mantan bintang kriket berusia 71 tahun itu sejak pemecatannya tahun lalu dalam mosi percaya di parlemen. Tindakan keras partai tersebut menyusul serangan terhadap situs militer pada Bulan Mei oleh para pendukung yang memprotes penangkapan singkatnya.
Khan sebelumnya memenangkan pemilihan umum terakhir pada tahun 2018, kemenangan yang menurut lawan-lawannya dicapai dengan bantuan militer, yang seringkali memainkan peran besar dalam membentuk dan menghancurkan pemerintahan di Pakistan.
Tapi, dia juga menyalahkan militer atas pemecatannya, setelah berselisih dengan para jenderal mengenai penunjukan kepala badan intelijen Pakistan, meskipun militer membantah mendukung atau memecatnya.