Bagikan:

JAKARTA - Mantan Perdana Menteri Pakistan Imran Khan dari Pakistan mengatakan pada Hari Rabu, ia akan memenuhi panggilan pengadilan, saat pendukungnya terlibat bentrok dengan pasukan keamanan yang datang untuk menangkapnya, karena tidak hadir dalam persidangan kasus yang menimpanya terkait dengan penjualan hadiah-hadiah negara.

Kekerasan pecah di Pakistan Hari Selasa, saat pasukan keamanan yang menembakkan gas air mata dan meriam air ke arah kerumunan massa yang melempari batu yang 'melindungi' rumah Khan di Lahore, menambah ketidakstabilan di Pakistan.

Sebuah pengadilan di ibu kota Islamabad pekan lalu telah mengeluarkan surat perintah penangkapan terhadap Khan, karena menentang perintah untuk hadir di pengadilan terkait tuduhan secara tidak sah menjual hadiah negara yang diberikan kepadanya oleh para pejabat asing, ketika ia menjabat sebagai perdana menteri dari tahun 2018 hingga 2022.

Dalam sebuah tweet, Khan mengatakan ia telah menandatangani "surat jaminan" yang akan menjamin kehadirannya di pengadilan pada tenggat waktu 18 Maret. Sementara, ajudan seniornya, Fawad Chaudhry, mengatakan partai Khan, Pakistan Tehreek-e-Insaf, telah meminta pengadilan untuk menghentikan penangkapannya.

"Kami telah meminta polisi untuk menunggu sampai ada keputusan pengadilan mengenai masalah ini," tambah Chaudhry, melansir Reuters 15 Maret.

Tidak segera jelas kapan pengadilan akan memutuskan.

Proses hukum terhadap Khan dimulai setelah ia digulingkan dari jabatannya dalam pemungutan suara di parlemen awal tahun lalu. Sejak saat itu, ia telah menuntut pemilihan cepat dan mengadakan demonstrasi protes di seluruh negeri, di mana ia tertembak dan terluka dalam salah satu demonstrasi tersebut. Perdana Menteri saat ini, Shehbaz Sharif, telah menolak tuntutan Khan, dan mengatakan bahwa pemilu akan diadakan sesuai jadwal akhir tahun ini.

Mantan pemain kriket internasional yang beralih menjadi politisi berusia 70 tahun ini, masih memiliki basis dukungan yang besar di Pakistan. Dalam sebuah pesan video yang disiarkan oleh partainya, ia menyalahkan pemerintah yang mencoba menangkapnya, meminta para pendukungnya untuk terus berjuang.

"Jika sesuatu terjadi pada saya, atau saya dipenjara, atau mereka membunuh saya, Anda harus membuktikan bahwa bangsa ini akan terus berjuang, bahkan tanpa Imran Khan," cetusnya.

Dalam sebuah pernyataan pada Hari Selasa malam, Menteri Informasi Marriyum Aurangzeb mengatakan, pemerintah tidak ada hubungannya dengan surat perintah penangkapan terhadap Khan, menegaskan masalah ini tergantung pada pengadilan.

"Alih-alih bekerja sama dengan aparat penegak hukum, Imran Khan justru melanggar hukum, menentang perintah pengadilan dan menggunakan para pendukung partainya ... sebagai perisai manusia untuk menghindari penangkapan dan memicu keresahan," tambahnya.

Diketahui, polisi Pakistan menembakkan gas air mata ke halaman rumah Imran Khan di Lahore pada Hari Rabu, menyusul bentrokan antara aparat keamanan dan para pendukung Imran Khan.

Sebanyak 69 orang telah terluka dalam kekerasan di kota timur sejauh ini, termasuk 34 petugas polisi, seorang pejabat polisi Pakistan mengatakan kepada CNN dengan syarat anonim, dan menambahkan orang-orang yang berada di dalam kediaman Khan dipersenjatai dengan senjata.

Ketika bentrokan meningkat pada Hari Selasa, polisi memutus aliran listrik ke rumah Khan dan mematikan lampu-lampu jalan di lingkungan Zaman Park yang lebih luas, menurut juru bicara Khan dan para pendukungnya.

Khan mengatakan kepada CNN pada Hari Selasa, ia siap secara mental untuk menghabiskan malam di dalam sel."

"Saya ingin surat penangkapan yang sah dan saya ingin melihatnya, pengacara saya ingin melihat surat penangkapan itu," kata Khan.

"Ini hanya masalah waktu. Saya yakin mereka akan datang dan menangkap saya, saya siap untuk itu," katanya,

"Saya tahu apa tujuannya. Mereka ingin mengeluarkan saya dari balapan (pemilihan). Mereka ingin mengeluarkan saya dari pertandingan sehingga mereka dapat memenangkan pemilihan," tandasnya.