Pantang Menyerah! KPK Terus Cari Bukti Rafael Alun Terima Suap

JAKARTA - Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) menduga eks pejabat Ditjen Pajak Kementerian Keuangan (Kemenkeu) Rafael Alun Trisambodo tak hanya menerima gratifikasi dan melakukan pencucian uang. Penyidik kini mencari bukti dugaan penerimaan suap dari pihak lain.

"Sedang kami dalami ya (dugaan penerimaan suap, red)," kata Plt Deputi Bidang Penindakan dan Eksekusi Asep Guntur kepada VOI, Sabtu, 3 Juni.

Dia belum mau memerinci temuannya. Asep minta publik bersabar menunggu perkembangan dari tim yang sedang bekerja.

Asep sebelumnya pernah menyebut penyidik sedang mencari dugaan pidana korupsi lain yang dilakukan Rafael. "Kita harus buktikan juga, selain dari gratifikasi apakah ada perkara tipikor lainnya, misalnya suap. Apakah ada suapnya di situ," katanya kepada wartawan pada Kamis, 11 Mei.

Dugaan ini dicari terus oleh komisi antirasuah karena yakin kasus gratifikasi yang menjerat Rafael bisa terus berkembang. Contohnya seperti dugaan suap dan gratifikasi yang menjerat Gubernur Papua nonaktif Lukas Enembe.

"(Kasus Lukas Enembe, red) awalnya suap cuma Rp1 miliar. Tapi kan ke sini terus berkembang mencapai puluhan miliar," tegasnya.

Rafael diduga KPK menerima gratifikasi sebesar 90.000 dolar Amerika Serikat dari beberapa wajib pajak melalui perusahaannya, PT Artha Mega Ekadhana (AME). Penerimaan ini terjadi sejak 2011 ketika menjabat sebagai Kepala Bidang Pemeriksaan, Penyidikan, dan Penagihan Pajak pada Kantor Wilayah Ditjen Pajak Jawa Timur 1.

Jumlah gratifikasi yang diterima Rafael masih bisa bertambah karena penyidik masih terus melakukan pendalaman. Mengingat, perusahaan itu sudah menangani banyak klien yang mengalami kesulitan pelaporan pembukuan perpajakan.

Berikutnya, KPK kembali menetapkan Rafael sebagai tersangka dugaan tindak pidana pencucian uang (TPPU). Ia diduga mengalihkan atau menyamarkan uang panas yang diterimanya.

Dalam pengembangan ini, penyidik menyita sejumlah aset Rafael. Di antaranya mobil Toyota Camry dan Land Cruiser, motor gede berjenis Triumph 1.200 CC hingga bangunan kontrakan di Meruya, Jakarta Barat dan kosan di Blok M, Jakarta Selatan.