Jelang Peringatan Kemenangan Atas Nazi di Perang Dunia II Hari Ini, Rusia Lancarkan Serangan Drone Terbesar ke Ukraina
JAKARTA - Rusia meluncurkan serangan pesawat tak berawak terbesarnya ke Ukraina pada Hari Senin, menjelang Hari libur peringatan kekalahan Nazi Jerman, Hari Kemenangan (Victory Day) dalam Perang Dunia II pada Hari Selasa.
Wali Kota Kyiv Vitali Klitschko mengatakan, Rusia telah menembakkan 60 pesawat tak berawak kamikaze buatan Iran ke target-target Ukraina, termasuk 36 pesawat di ibu kota, yang semuanya ditembak jatuh. Puing-puing menghantam apartemen dan bangunan lainnya, melukai setidaknya lima orang di ibu kota.
Sedangkan di Kota Odesa di Laut Hitam, sebuah gudang makanan terbakar akibat serangan rudal, di mana para pejabat melaporkan tiga orang terluka.
Ini adalah serangan pesawat tak berawak terbesar dalam kampanye udara Rusia yang dilancarkan 10 hari yang lalu, setelah jeda sejak awal Maret, melansir Reuters 8 Mei.
Di Kyiv, ledakan-ledakan terdengar sepanjang malam. Tiga orang terluka dalam ledakan di Distrik Solomyanskyi dan dua orang terluka saat puing-puing pesawat tak berawak jatuh di distrik Sviatoshyn, keduanya berada di sebelah barat pusat ibu kota, kata Wali Kota Vitali Klitschko.
Pemerintah militer Kyiv mengatakan, puing-puing drone jatuh ke landasan pacu di bandara Zhuliany, salah satu dari dua bandara penumpang di ibu kota, menarik layanan darurat di sana, meskipun tidak ada kebakaran. Puing-puing drone juga merusak bangunan dua lantai di distrik pusat Shevchenkivskyi.
Setelah peringatan serangan udara berbunyi selama berjam-jam di sekitar dua pertiga wilayah Ukraina, media lokal mengatakan bahwa ledakan-ledakan terdengar di wilayah selatan Kherson dan tenggara Zaporizhzhia.
Kyiv mengatakan Moskow juga melakukan upaya terakhir untuk mencoba merebut Kota Bakhmut yang hancur di bagian timur, untuk memberikan hadiah kepada Presiden Vladimir Putin yang akan menjadi satu-satunya hadiah untuk serangan musim dingin Rusia yang mahal, tepat pada Hari Kemenangan.
Moskow sendiri sedang mempersiapkan parade Hari Kemenangan pada Selasa ini, hari terpenting dalam kalender Rusia di bawah kepemimpinan Presiden Putin, yang menggunakan kemenangan Soviet atas Nazi Jerman pada 1945 untuk membenarkan invasinya ke Ukraina.
Berbeda dengan Rusia, Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky memperingati Hari Kemenangan pada Hari Senin dan bukannya Selasa, mengumumkan bahwa ia telah menandatangani sebuah dekret untuk mengubah tanggal hari libur tersebut sesuai dengan kebiasaan sekutu-sekutu Barat.
"Mengingat kepahlawanan jutaan orang Ukraina dalam perang melawan Nazisme, kita melihat kepahlawanan yang sama dalam tindakan tentara kita hari ini," kata Presiden Zelensky, yang berpidato di depan rakyat Ukraina dari puncak bukit yang menghadap ke Kyiv.
"Sayangnya, kejahatan telah kembali. Sama seperti kejahatan yang menyerbu kota-kota dan desa-desa kita dulu, begitu juga sekarang. Sebagaimana kejahatan itu membunuh rakyat kita dulu, begitu pula sekarang," lanjutnya.
"Dan semua kejahatan lama yang dibawa kembali oleh Rusia modern akan dikalahkan, seperti halnya Nazisme dikalahkan," tandas Presiden Zelensky.
Baca juga:
- Ada Peringatan Kepala IAEA: Lebih dari 1.600 Orang Dievakuasi dari Area Dekat PLTN Zaporizhzhia, Termasuk 660 Anak-anak
- Pejabat Bantuan Kemanusiaan Alami Serangan di Myanmar, Presiden Jokowi: Tidak Pengaruhi Tekad ASEAN
- Kembali Serukan Penghentian Kekerasan di Myanmar, Presiden Jokowi: Rakyat yang akan Jadi Korban
- Temui Putra Mahkota Arab Saudi, Penasihat Keamanan Nasional AS Bahas Upaya Perdamaian Yaman
Sementara itu, juru bicara Kementerian Luar Negeri Rusia Maria Zakharova mengatakan, dengan mengubah tanggal tersebut, Presiden Zelensky telah mengkhianati ingatan orang-orang Ukraina yang melawan Nazi.
"Apa yang lebih buruk dari musuh? Seorang pengkhianat. Itulah Zelensky, perwujudan Yudas di abad ke-21," cetusnya.
Ukraina, sebagai bagian dari Uni Soviet saat itu, menderita korban per kapita yang lebih tinggi daripada Rusia pada Perang Dunia Kedua, merupakan salah satu pusat Yahudi Eropa yang dimusnahkan dalam Holocaust.