Kalbe Farma Milik Mendiang Konglomerat Boenjamin Setiawan Raup Penjualan Rp7,86 Triliun di Kuartal I 2023
JAKARTA - Perusahaan farmasi milik mendiang konglomerat Boenjamin Setiawan, PT Kalbe Farma Tbk (KLBF) mencatatkan penjualan bersih mencapai Rp7,86 triliun di kuartal I 2023. Angka itu meningkat 12,2 persen dibandingkan periode yang sama pada tahun lalu.
Sementara itu, laba bersih mencapai Rp856 miliar di kuartal pertama 2023, meningkat 2,5 persen dibandingkan Rp 835 miliar dibandingkan kuartal I 2022.
Manajemen Kalbe menjelaskan, pemulihan kondisi makroekonomi pasca pandemi menciptakan peluang pertumbuhan. Perseroan tetap mewaspadai dampak inflasi serta gangguan rantai pasokan yang berkepanjangan.
Dengan menerapkan strategi untuk menjaga pertumbuhan dan keberlanjutan bisnisnya, perseroan senantiasa memperhatikan pentingnya pengelolaan rantai pasok, mengelola kenaikan biaya bahan baku dengan kebijakan kenaikan harga, mengelola portofolio produk, dan menjaga efisiensi biaya operasional.
"Perseroan juga mempertahankan likuiditas keuangan yang kuat untuk mengelola modal kerja dan melakukan ekspansi. Perseroan terus berfokus melakukan inovasi produk dan layanan agar dapat memenuhi kebutuhan masyarakat," tulis manajemen dalam keterangan resmi, dikutip Rabu 3 Mei.
Secara berkelanjutan, perseroan berupaya meningkatkan akses Kesehatan bagi masyarakat antara lain dengan meningkatkan kontribusi produk dalam program Jaminan Kesehatan Nasional, meluncurkan berbagai produk kesehatan preventif dan herbal, menawarkan produk nutrisi yang lebih terjangkau serta memperluas ekosistem layanan kesehatan. Untuk memperluas jangkauan distribusi, perseroan menghadirkan platform B2B, Emos & Mostrans melalui divisi distribusi dan logistik.
Perseroan juga menggabungkan strategi pengelolaan portofolio produk, mengelola efektivitas kegiatan penjualan dan pemasaran, mendorong transformasi digital, serta mempertahankan efisiensi biaya operasional. Selain itu, Perseroan terus menerapkan protokol kesehatan secara seksama untuk internal maupun eksternal serta melakukan edukasi kepada pasar melalui berbagai saluran komunikasi.
Dari segi pertumbuhan dan kontribusi per Divisi, Divisi Obat Resep Perseroan membukukan peningkatan penjualan sebesar 27,5 persen menjadi Rp1,94 triliun dari Rp1,52 triliun di kuartal I 2022, serta menyumbang 24,8 persen dari total penjualan bersih perseroan.
Pada kuartal I-2023, Divisi Produk Kesehatan meraih peningkatan penjualan sebesar 9,3 persen dibandingkan dengan kuartal I 2022 menjadi Rp1,1 triliun dengan kontribusi sebesar 14,0 persen terhadap total penjualan bersih perseroan di kuartal pertama 2023.
Sementara Divisi Distribusi & Logistik meraih peningkatan penjualan bersih sebesar 8,5 persen menjadi Rp2,81 triliun, dari Rp2,59 triliun di periode yang sama tahun lalu, serta menyumbang 35,7 persen terhadap total penjualan bersih perseroan.
Divisi Nutrisi membukukan penjualan bersih sebesar Rp2 triliun di kuartal I 2023, mengalami pertumbuhan sebesar 6,4 persen dari pencapaian di periode yang sama tahun sebelumnya dan menyumbang 25,5% persen dari total penjualan bersih Kalbe di kuartal I-2023.
Perseroan terus menjaga efisiensi kegiatan operasional untuk mempertahankan rasio profitabilitas. Laba usaha meningkat 9,4 persen menjadi Rp1,15 triliun di kuartal I-2023, dengan rasio laba usaha terhadap penjualan sebesar 14,6 persen. Laba sebelum pajak penghasilan pada kuartal I 2023 adalah sebesar Rp1,09 triliun dengan margin laba sebelum pajak penghasilan mencapai 13,9 persen.
Baca juga:
Laba per saham mencapai Rp18,40 di kuartal I 2023, meningkat 3,1 persen dibandingkan Rp17,85 di periode yang sama tahun sebelumnya.
Dengan kondisi ekonomi yang mulai kembali pulih, meningkatnya mobilitas masyarakat, serta transisi COVID-19 ke arah endemi, Perseroan menargetkan pertumbuhan penjualan bersih tahun 2023 sekitar 13-15 persen dengan proyeksi pertumbuhan laba bersih per saham sekitar 13-15 persen.
Walaupun menghadapi ketidakpastian yang meningkat karena krisis finansial dan geopolitik global, Perseroan berupaya menjaga ketersediaan produk dan meminimalkan dampak kenaikan harga bahan baku dengan melakukan strategi pengelolaan harga dan portofolio.
Perseroan juga mempertahankan anggaran belanja modal sebesar Rp1 triliun yang akan digunakan untuk perluasan kapasitas produksi dan distribusi. Rasio pembagian dividen dipertahankan pada rasio 45-55 persen, dengan memperhatikan ketersediaan dana dan kebutuhan pendanaan internal.