Eksklusif Zacky Mirza, Safari Dakwah hingga ke Pelosok Nusantara
JAKARTA - Sudah 18 tahun Ustaz Zacky Mirza berdakwah menyebar ajaran agama Islam. Tidak hanya di Indonesia, ia juga berkesempatan untuk berdakwah di sejumlah negara hingga benua Eropa. Namun, di antara perjalanan itu, Zacky Mirza melakukan di tempat yang ia tidak pernah bayangkan.
“Ini berkah dari dakwah dan doa dari ibu saya. Saya di dakwah ini arahan dari ibu saya. Beragam tempat sudah saya datangi, jadi ini hikmah COVID ya. Jadi pas COVID, ada satu lembaga yang ngajak saya turun gunung, kita masuk ke pelosok,” cerita Ustaz Zacky Mirza kepada VOI di suatu hari.
Ia mendapat ajakan untuk memulai program Sedekah Al-Quran, sebuah program di mana masyarakat bisa berdonasi dan Al-Quran akan diberikan kepada mereka yang belum pernah belajar atau memiliki Al-Quran. Dengan senang hati, pria kelahiran 8 November itu mengiyakan ajakan lembaga tersebut.
“Saya jadi ingat dulu guru saya waktu saya belajar ngaji (Almarhum). Katanya kalau mau dimuliakan Allah, cara yang paling dekat dengan kita satu aja: gampang aja, gak usah jauh, gak usah cari ke gunung, gak usah masuk ke goa, ke luar negeri, satu di sekitar kita: muliakan Al-Quran,” tuturnya lagi.
“Orang kalau sudah memuliakan Al-Quran, akan memuliakan dunianya di akhirat. Kok gitu? Iya, karena siapapun dan apapun yang bersinggungan atau bersentuhan dengan Al-Quran pasti Allah muliakan. Bulan Ramadan dimuliakan karena Al-Quran, hari Jumat dimuliakan karena hari turunnya Al-Quran, malam lailatul qodar dimuliakan karena turun Al-Quran,” jelasnya.
Pandemi membuat Ustaz Zacky Mirza memulai perjalanan barunya, berdakwah di pedalaman. Hal ini juga menjadi penenang di kala ia merasa lelah kala berada di keramaian ibu kota. Kunjungan pertama meninggalkan kesan yang membuatnya mensyukuri dakwah itu sendiri.
“Ada sesuatu yang selama ini kok saya capai di Jakarta. Dakwa, datang, ketemu orang, pulang, balik ke rumah, hiruk pikuk di jakarta, nongkrong sama teman-teman tapi ketika saya pertama kali turun, taste-nya beda,” kata ustaz 43 tahun tersebut.
“Bayangin, ada yang motong sapi, ada yang motong kerbau, ada yang nyiapin berapa ekor ayam, kita disambut begitu hangat. Hal-hal yang gak kita rasain di Jakarta yang akhirnya saya tersentuh. Kata orang tua saya dakwah itu berkah karena banyak nyenengin orang lain,” tuturnya lagi.
“Saya menikmati itu dan sudah berjalan 2 tahun. Alhamdulillah ya memang ada konsekuensinya sama keluarga waktunya agak sempit ya tapi Alhamdulillah istri saya sama anak saya support gitu. Sampai kalau saya lagi dakwah di kota besar, mereka saya ajak nginep di satu tempat, kita rekreasi bareng di kampung orang ya,” lanjut Zacky Mirza.
Berdakwah di pedalaman juga mengenalkan Zacky Mirza ke beberapa daerah yang belum pernah ia jangkau. Ia juga menemui berbagai kisah hidup terutama mereka yang baru pertama kali berkenalan dengan Al-Quran.
“Mungkin yang saya kasih manfaatnya gak seberapa tapi dengan melihat anak kecil menerima Al Quran terus taruh di atas, kepala gak diturunin. Saya bilang kenapa kok ditaruh di atas kepala? (Adik itu berkata) kata mama saya Al-Quran itu harus di atas kepala kita. Karena kalau Al-Quran di atas kepala kita, ada cahaya di kuburan kita,” jelasnya.
“Aduh banyak banget bersyukur jadi saya sampai berdoa ya Allah kalo bisa istiqomah di safari dakwah ini, terus umur saya akhirnya berakhir di situ ya saya mikir mudah-mudahan ajalnya di situ karena gak ada sesuatu yang indah di saat Allah mengambil nyawa kita dalam dakwah dan ibadah itu udah paling nikmat gak bisa dibeli dengan uang apapun,” tegas Zacky Mirza.
Perjalanan dakwah seorang Ustaz Zacky Mirza tidak sepenuhnya mulus. Sepanjang perjalanannya, ia seringkali mendapat tawaran dakwah yang mencoreng konsep dakwah yang ia biasa lakukan. Tidak sedikit ia diminta untuk berdakwah dengan iming politik.
“Ada beberapa teman yang nawarin saya dipanggil ke satu mal. Saya pikir ada safari dakwah, ternyata ada politik diiming-imingin pesawat pribadi. Kalo di gue berlipat-lipat tapi Alhamdulilah dua tahun udah gedebag gedebug masyarakat," katanya.
"Saya mikir ya Allah kalau saya ngomong atas nama politik, gimana nanti masyarakat terus dakwah saya dipikir atas nama apa, baju apa, partai apa, jadi dengan berat hati saya memilih safari dakwah dengan Al-Quran,” ujar alumni salah satu Ponpes di Bogor itu.
Dakwah Must Go On!
Zacky Mirza merasa di usia-nya yang sudah menginjak kepala empat, ia belum memiliki bekal akhirat. Ia juga merasa kemampuan dakwahnya bisa saja sudah membaik, namun ia belum tentu menjadi iman yang baik untuk keluarga kecilnya.
Tidak hanya itu, Zacky Mirza juga dihadapkan dengan kondisi kesehatan karena aktif berdakwah namun lupa dengan kondisi kesehatan. Pada tahun 2021, Zacky Mirza menjadi perbincangan setelah pingsan usai mengisi salah satu acara di Pekanbaru, Riau.
“Satu bulan (setelah kejadian), saya rehat, saya berpikir mungkin selama ini saya semangat berdakwah sampai gak mikir kesehatan pola makan dan istirahat. Saya ada penyakit bawaan yang cukup harus diperhatiin (kekentalan darah). Akhirnya pola makan saya rubah saya harus tau harus ngapain,” jelasnya.
“Saya udah gak minum es, pedes, banyak istirahat, gak nongkrong. Jangan sampai saya banyak dakwah ke banyak orang tapi buat kesehatan sendiri gak jaga. Banyak hikmah dari safari dakwah sekarang lebih stabil. Beda deh antara passion safari dakwah sama dakwah reguler,” kata suami dari Shinta Tanjung menjelaskan kondisinya saat ini.
Berdakwah menyadarkan Zacky Mirza bahwa banyak yang masih banyak yang perlu dibenah dari hidupnya. Bukan hanya soal memahami hidup, tapi juga bagaimana mengurus kesehatan serta menjaga prinsip di tengah arusnya duniawi.
“Saya jadi banyak belajar. Selama ini saya belajar di pesantren teorinya tahu tapi gak dapet tesnya. Kita belajar sederhana tapi sederhana apa sih? Dibilang sederhana hidup gue juga Alhamdulilah bgt kemana mana naik mobil ada AC. Tapi ketika masuk ke sana naik motor trail, nyebrang sungai, ketemu orang-orang kampung yang bersyukur gak ada AC. Mereka masih bersyukur,” lanjut Zacky Mirza.
“Banyak obrolan yang buat saya jleb sampai saya bersyukur lahir di Jakarta.. Alhamdulilah dengan safari dakwah, hikmah banyak. Kata orang betawi gak ngoyo. Kenapa sih anak kecil main lato-lato aja bahagia, main boneka aja bahagia, karena gak kebanyakan mau. Kita kenapa enggak bisa happy? Karena banyak mau,” tegasnya lagi.
Hingga saat ini Ustaz Zacky Mirza masih melakukan safari dakwah. Ia juga aktif menyebarkan dakwah lewat media sosial. Tentunya kerja keras ini tidak dilakukan sendirian melainkan dibantu oleh beberapa timnya.
“Dakwah itu saya gabisa juga atur sendiri karena nanti malah jadi gak amanah entah saya lupa, salah nulis tanggal, jadi harus diatur seprofesional mungkin. Ikhlas itu harus di awal gak akhir. Jadi misal yang undang pemerintahan, saya punya tim. Mereka kan punya alokasi, bisa antar jemput tapi ketika safari dakwah di Jakarta yang undang mushola regulasinya beda,” kata Zacky Mirza.
Bicara soal permintaan maupun biaya, Zacky Mirza menganggap itu semua bagian dari persepsi. Menurutnya, selama menjadi amanah, ia tidak melihat dari seberapa besar biayanya. Akan tetapi ia juga berfokus dengan kesehatannya di tengah kesibukannya berdakwah.
“Saya gak pusing omongan orang karena saya fleksibel. Saudara ibu saya kalo undang kalo waktu kosong ya bisa tapi harus diatur setertib mungkin. Alhamdulillah kita selalu on time. Semalem saya dalam keadaan capek mau syuting kultum mau undur tapi gak bisa,” kata Zacky Mirza.
“Akhirnya saya belain tidur di mobil, hajar suplemen herbal, syuting tapi selama bukan karena sakit atau musibah, saya jalan. Makanya saya pakai tagline: Dakwah must go on!” katanya menambah kesan perbincangan hari itu.