Peneliti Temukan Jejak Kembaran Buaya Purba Berusia 250 Juta Tahun yang Lalu
JAKARTA - Para peneliti berhasil menemukan bukti adanya makhluk raksasa memiliki kaki yang digunakan untuk berenang mirip seperti buaya saat ini. Tapi, amfibi purba tersebut hadir kira-kira 50 juta tahun sebelum buaya berevolusi.
Fosil-fosil tersebut ditemukan di sebuah situs, yang dijuluki para peneliti Dave Green palaeosurface, di Provinsi KwaZulu-Natal, Afrika Selatan.
Semua fosil itu berada di permukaan batu yang dulunya merupakan dasar dari dataran pasang surut atau laguna Laut Karoo kuno.
Selama Periode Permian Akhir, lebih dari 250 juta tahun lalu, Afrika Selatan adalah rumah bagi temnospondyl rhinesuchid, amfibi predator besar dengan tubuh mirip buaya atau salamander besar.
Hewan-hewan yang punah ini diketahui berasal dari sisa-sisa kerangka, tetapi dalam penelitian ini, para peneliti menggambarkan satu set jejak fosil yang luar biasa, memberikan wawasan tentang bagaimana hewan-hewan ini bergerak melalui lingkungannya.
“Temuan penelitian ini penting karena membantu mengisi kekosongan dalam pengetahuan kita tentang hewan purba. Jejak dan jejak luar biasa yang diawetkan di permukaan palaeo Dave Green adalah jendela ke garis pantai Laut Karoo kira-kira 255 juta tahun yang lalu, dan memberikan bukti langsung tentang bagaimana hewan ini bergerak dan berinteraksi dengan lingkungannya," ungkap para penulis studi dalam sebuah pernyataan yang dikutip, Rabu, 5 April.
Dalam sebuah studi baru yang diterbitkan di jurnal PLOS ONE, para peneliti kemudian menganalisis tujuh jejak tubuh (jejak istirahat) dan sejumlah tanda ekor (jejak renang) yang diduga dibuat oleh temnospondyl rhinesuchid yang panjangnya sekitar dua meter.
Berdasarkan susunan spasial jejak-jejak tersebut, para peneliti menginterpretasikannya dibuat oleh satu atau dua hewan yang berenang dari satu tempat peristirahatan ke tempat peristirahatan lainnya saat mencari makan.
Baca juga:
- Penjualan Mac Turun Imbas Resesi, Apple Hentikan Produksi Chip Seri M2
- Larang TikTok, ByteDance Kecewa Australia Ambil Keputusan Tidak Berdasarkan Fakta
- Spotify Tak Mampu Salip Clubhouse, Pensiunkan Fitur Audio Live Akhir Bulan Ini!
- Prep, EdTech Pembelajaran Bahasa dari Vietnam, Raih Pendanaan Sebesar Rp14,9 Miliar
Bentuk tanda ekor yang berliku-liku menunjukkan hewan-hewan ini mendorong diri mereka sendiri melalui air dengan gerakan dari sisi ke sisi yang terus menerus seperti buaya dan salamander modern.
Para peneliti menyatakan, amfibi ini menyelipkan kaki ke tubuh saat berenang yang mirip dengan buaya karena tidak ditemukannya jejak kaki serta menunjukkan gaya hidup aktif berenang dan berjalan di dasar amfibi kuno ini, sebuah interpretasi yang disebabkan oleh pelestarian jejak penggerak yang luar biasa.
Selain itu, situs fosil ini juga menyimpan banyak jejak dari tetrapoda lain (binatang berkaki empat), ikan, dan invertebrata, dan karena itu merupakan lokasi kunci untuk memahami ekosistem Zaman Permian.
"Tak hanya kontribusi ilmiahnya yang luar biasa, penelitian ini juga menunjukkan betapa pentingnya penemuan paleontologi yang sering dilakukan oleh orang-orang yang ingin tahu, membawa temuan mereka ke perhatian ahli paleontologi,” ujar para peneliti.