Sebut Rusia Dapat Menempatkan Rudal Antarbenuanya di Belarusia, Presiden Lukashenko: Saya Tidak Berusaha Mengintimidasi
JAKARTA - Presiden Belarusia Alexander Lukashenko mengatakan pada Hari Jumat, Rusia, yang telah memutuskan untuk menempatkan senjata nuklir taktis di Belarus, dapat menempatkan rudal nuklir antarbenua di sana jika diperlukan.
Dalam pidato tahunan di hadapan anggota parlemen dan pejabat pemerintah, Presiden Lukashenko mengatakan, rencana Moskow untuk menempatkan senjata nuklir di wilayah sekutu dekatnya itu akan membantu melindungi Belarusia, yang menurutnya terancam oleh Barat.
"Saya tidak berusaha mengintimidasi atau memeras siapa pun. Saya ingin melindungi negara Belarusia dan memastikan perdamaian bagi rakyat Belarusia," kata Presiden Lukashenko, melansir Reuters 31 Maret.
Meskipun Presiden Rusia Vladimir Putin mengatakan pada Hari Sabtu bahwa rudal-rudal taktis tersebut akan tetap berada di bawah kendali Moskow, Presiden Lukashenko menyarankan agar ia dapat menggunakannya dengan persetujuan Rusia jika Belarusia terancam hancur.
Dia juga mengangkat prospek untuk mengerahkan senjata nuklir strategis - rudal balistik antarbenua yang dapat menghancurkan seluruh kota dari jarak ribuan mil jauhnya - di tanah Belarusia.
Presiden Lukashenko mengatakan, Belarusia memiliki cukup senjata konvensional untuk menghadapi ancaman, "tetapi jika kami melihat bahwa di balik (ancaman) itu ada kehancuran negara kami, kami akan menggunakan semua yang kami miliki".
"Jika perlu, Presiden Putin dan saya akan memutuskan dan mendatangkan senjata-senjata strategis - jika diperlukan," ujarnya.
Dia tidak memberikan bukti adanya ancaman dari Barat, atau tuduhan lebih lanjut bahwa ada rencana untuk menginvasi Belarusia dari negara tetangganya, Polandia, yang merupakan anggota aliansi NATO Barat yang dipimpin oleh AS.
"Percayalah, saya tidak pernah menipu Anda. Mereka bersiap untuk menyerang Belarusia, untuk menghancurkan negara kita," katanya kepada para hadirin.
Keputusan Rusia untuk menempatkan rudal nuklir taktis di Belarusia, di tengah meningkatnya ketegangan dengan Barat atas invasinya ke Ukraina merupakan pengerahan senjata nuklir pertama di luar perbatasannya sejak runtuhnya Uni Soviet pada tahun 1991.
Dewan Keamanan PBB bertemu pada Hari Jumat, atas permintaan Amerika Serikat dan Albania, untuk membahas rencana Presiden Putin. Wakil Duta Besar AS untuk PBB, Robert Wood, menuduh Putin "meningkatkan perilaku berbahaya dan mengganggu kestabilan Rusia" dengan ancamannya untuk menggunakan senjata nuklir di Belarusia.
Duta Besar Rusia untuk PBB Vassily Nebenzia mengatakan kepada dewan, bahwa Putin "jelas tentang fakta bahwa kami tidak mentransfer senjata nuklir, kami berbicara tentang transfer kompleks rudal taktis operasional ke Belarusia."
Baca juga:
- Tepis Gencatan Senjata saat Ini, Operasi Militer Khusus Terus di Ukraina Berlanjut, Rusia: Hanya Itu Cara Mencapai Tujuan Kita
- Ingatkan Taipei, Sembilan Jet Tempur China Gelar Patroli Tempur Lintasi Garis Tengah Selat Taiwan
- Kondisi Paus Fransiskus Terus Membaik, Tapi Dikabarkan Tidak akan Memimpin Kebaktian Paskah Tahun Ini
- Presiden Putin Tandatangani Dekret Wajib Militer Musim Semi untuk Angkatan Bersenjata Rusia, Bakal Ada Mobilisasi Lagi?
Sementara Tiongkok, mitra strategis Moskow, tidak secara khusus membahas rencana Putin tersebut. Wakil Duta Besar Tiongkok untuk PBB Geng Shuang mengatakan kepada dewan, Beijing menganjurkan "tidak ada penyebaran senjata nuklir di luar negeri oleh semua negara pemilik senjata nuklir dan penarikan senjata nuklir yang ditempatkan di kapal."
Sebelumnya, Belarusia mengatakan minggu ini senjata tersebut akan memberikan perlindungan terhadap apa yang disebutnya sebagai kampanye tekanan dari Amerika Serikat dan sekutunya yang bertujuan untuk menggulingkan Presiden Lukashenko, yang telah berkuasa selama hampir tiga dekade.
Adapun Presiden AS Joe Biden mengatakan pada Hari Selasa, ia menemukan pengerahan yang dijanjikan itu "mengkhawatirkan".