Belum Ada Korban Sriwijaya Air SJ-182 yang Diidentifikasi dari Sampel DNA, Kenapa?

JAKARTA - Kepala Laboratorium DNA Pusdokkes Polri Kombes Ratna mengatakan, saat ini belum ada korban Sriwijaya Air SJ-182 yang teridentifikasi berdasarkan sampel DNA yang dikumpulkan dari pihak keluarga. Proses untuk mengidentifikasi melalui DNA ini sudah mulai dilakukan.

"Kalau identifikasi belum tapi kalau prosesnya sudah berjalan," kata Ratna dalam konferensi pers yang ditayangkan di RS Polri Kramat Jati, Jakarta Timur, Rabu, 13 Januari.

"Insyaallah kalau tidak ada halangan, Kamis atau Jumat sudah mulai analisa mulai mencocokan dan mudah-mudahan, ya, seperti kemarin berhasil dengan baik," imbuhnya.

Dia memaparkan proses identifikasi dengan menggunakan sampel DNA ini tak ada kendala. Hanya saja, berbeda dari pengidentifikasian dengan menggunakan sidik jari, penggunaan sampel DNA biasanya jauh lebih lama.

Alasannya, pengidentifikasian dengan DNA harus dilakukan dengan proses tertentu. Kata dia, ketika pihaknya telah menerima sampel dari keluarga penumpang Sriwijaya Air SJ-182 harus dipilah terlebih dulu untuk mencari sampel mana yang cocok digunakan untuk identifikasi. 

Kemudian setelah dipilih sampel yang cocok ada proses selanjutnya yakni proses ekstraksi. "Jadi setelah kita melakukan (pengumpulan, red) kemudian muncul profil DNA terus juga kita harus cocokan satu-satu memakai software tertentu," ungkapnya.

Keadaan bagian tubuh atau body part juga berpengaruh. Karena bagian tubuh ditemukan terendam di air maka sterilisasi harus dilakukan.

"Body part itu ada terendam di dalam air, ini memang menjadi tantangan kita untuk lebih teliti dan lebih hati-hati, karena DNA itu harusnya steril, pemeriksaan DNA itu harus steril," ujarnya.

Sehingga, sebelum menjalankan identifikasi bagian tubuh perlu disterilisasi terlebih dulu agar tak terkontaminasi dengan sel dari bagian lain yang ditemukan di satu lokasi.

Seluruh proses ini, ungkap Ratna, tak boleh dilewatkan dan sembarang dilakukan. Sebab, jika ada satu proses yang terlewat maka bagian tubuh dari penumpang tidak akan teridentifikasi. 

"Kalau di post mortem mungkin sudah dipisahkan di TKP mungkin sudah dipisahkan, tetapi secara sel, secara sel juga harus dipisah lagi inilah yang memerlukan tahapan-tahapan itu, dan tahapan-tahapan itu tidak boleh dilewati karena kalau dilewati nanti hasilnya tidak akan muncul," ujarnya. 

Hal ini sangat berbeda dengan pengidentifikasian menggunakan sidik jari. Kata dia, identifikasi dengan sidik jari lebih mudah karena sudah ada database dari Dukcapil Kemendagri.

Diketahui, hingga hari keempat kemarin sudah ada empat penumpang yang berhasil diketahui identitasnya dan dua di antaranya adalah kru dari Sriwijaya Air.

Dua kru tersebut adalah Okky Bisma yang merupakan flight attendent atau pramugara pesawat nahas tersebut dan Fadly Satrianto yang merupakan kru ekstra.

Sementara dua lainnya adalah penumpang yaitu Khasanah dan Asy Habul Yamin.

Diberitakan sebelumnya, pesawat Sriwijaya Air SJ-182 dengan rute Jakarta-Pontianak sempat hilang kontak di Kepulauan Seribu tak lama setelah lepas landas dari Bandara Soekarno Hatta pada Sabtu, 9 Januari 2020. Selanjutnya, otoritas memberikan kepastian jika pesawat itu jatuh di sekitar Pulau Laki dan Pulau Lancang, Kepulauan Seribu.

Total, pesawat tersebut mengangkut 62 orang diantaranya 12 kru pesawat dan 50 penumpang yang terdiri dari 40 penumpang dewasa, tujuh anak-anak dan tiga bayi.