Pendiri Instagram Bikin Aplikasi Sosial Baru, Artifact Bergaya TikTok
JAKARTA - Pendiri Instagram Kevin Systrom dan Mike Krieger kembali dengan terobosan aplikasi media sosial baru, Artifact. Didesain untuk menyediakan feeds berisi artikel dan fakta.
Artifact akan berfokus pada konten berita dari daftar penerbit yang dipersonalisasi dan dikuratori dari outlet berita teratas seperti The New York Times dan The Washington Post, hingga blog khusus yang lebih kecil.
Dalam aplikasi ini, Artifact digambarkan sebagai pembaca berita yang menggunakan pembelajaran mesin untuk mempersonalisasi pengalaman bagi pengguna, sekaligus menambahkan elemen sosial di mana pengguna dapat mendiskusikan artikel yang mereka temui dengan teman.
Ketika pengguna mengklik berita tertentu, feed akan secara otomatis menampilkan artikel, postingan, dan peristiwa serupa yang mungkin menarik bagi mereka.
Saat ini, aplikasi tersebut belum tersedia untuk umum tetapi menawarkan daftar tunggu di mana pengguna yang tertarik dapat mendaftar.
Setelah mendaftar, kemudian pengguna akan dikirimkan teks berisi tautan untuk mengunduh dan mengakses aplikasi. Setelah diunduh, pengguna hanya akan memiliki akses ke feeds peringkat pusat, tetapi uji beta Artifact sedang dilakukan untuk dua fitur tambahan yang diharapkan menjadi vital dalam aplikasi.
Menurut The Verge, dikutip Kamis, 2 Februari, salah satu fitur tersebut akan menampilkan feeds artikel yang diposting oleh orang-orang yang dipilih pengguna untuk diikuti dan akan menyertakan komentar pada postingan tersebut.
Fitur kedua adalah kotak masuk pesan langsung sehingga pengguna dapat membicarakan kiriman secara pribadi dengan teman.
Ini terdengar seperti sentuhan modern pada Google Reader yakni aplikasi pembaca berita RSS lama dan telah ditutup perusahaan pada 2013.
Aplikasi baru itu bukanlah upaya pertama Systrom dan Krieger untuk kembali ke teknologi sejak kepergian mereka dari Instagram. Pasangan ini membuat situs web Rt.live pada 2020 untuk melacak penyebaran COVID-19, seperti yang diwartakan Gizmodo.
Systrom menyatakan, dia dan Krieger telah mendiskusikan ide Artifact selama bertahun-tahun, tetapi dia tidak yakin apakah sistem pembelajaran mesin dapat meningkatkan rekomendasi konten kepada pengguna.
Namun, dia menyebut pengalamannya di Instagram mengubah perspektifnya, membuatnya percaya sebuah feeds yang akurat dan disesuaikan itu mungkin akan lebih menarik pengguna.
Baca juga:
- Match Group Pecat 200 Karyawan Menyusul Pertumbuhan Aplikasi Kencan yang Melambat
- Perlindungan Konsumen di Polandia Tuduh Amazon Eropa Sesatkan Pelanggan
- ChatGPT Pecahkan Rekor Pertumbuhan di Internet, 100 Juta Pengguna Hanya Dalam Dua Bulan
- Chainalysis: Tahun 2022 Terjadi Perampokan Rp56,8 Triliun, Didominasi Lazarus Group
"Selama bertahun-tahun, yang saya lihat adalah bahwa setiap kali kami menggunakan pembelajaran mesin untuk meningkatkan pengalaman konsumen, semuanya menjadi sangat baik dengan sangat cepat,” ujar Systrom.
Selain itu, Artifact juga mengambil pendekatan algoritmik TikTok tetapi sekarang menerapkannya ke aplikasi teks saja.
“Saya melihat perubahan itu, dan saya seperti, Oh, itu masa depan sosial," tutur Systrom.
Ditambahkan Systrom, hanya outlet berita yang mematuhi standar editorial kualitas yang akan diizinkan untuk tetap menggunakan aplikasi tersebut.
Artifact dilaporkan juga akan bekerja untuk menghapus outlet dan postingan yang mempromosikan informasi salah dan akan melakukan penilaiannya sendiri tentang apa yang tersisa di platform.