Bambu dan Daun Kelor jadi Kunci Pemprov NTT Bantu KLHK Menurunkan Emisi Gas Rumah Kaca
KUPANG - Pemerintah Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT) siap mendukung upaya Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) dalam hal pengurangan emisi gas rumah kaca sektor kehutanan dan penggunaan lahan lainnya dalam Sub Nasional Indonesia's Forestry and Other Land Use (FOLU) Net Sink 2030 lewat pemanfaatan bambu.
"Saya optimistis program ini dapat membantu mengentaskan kemiskinan apabila dijalankan dengan baik," kata Gubernur Viktor Bungtilu Laiskodat dalam konferensi pers terkait Kick Off Sosialisasi Sub Nasional Indonesia’s Forestry and Other Land Use (FOLU) Net Sink 2030 di Labuan Bajo, Antara, Rabu, 1 Februari.
Salah satu dukungan konkret Pemerintah Provinsi Nusa Tenggara Timur adalah menanam bambu dan kelor. Dia mengatakan NTT telah memproduksi 2,5 juta bibit bambu dan menanam bambu pada 1.300 hektar lahan sebagai dukungan terhadap FOLU Net Sink 2030 melalui agroforestri bambu.
Menurut Gubernur Viktor, bambu dapat berkontribusi dalam pengurangan emisi gas rumah kaca karena mampu menyerap dan menyimpan karbon. Selain itu bambu juga bisa diolah menjadi berbagai produk berkualitas sehingga memberi kesempatan bagi masyarakat untuk meningkatkan kesejahteraannya.
"Hal ini sejalan dengan program agroforestri yang dicanangkan KLHK untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat sekitar kawasan hutan, sekaligus memperkuat sistem ketahanan pangan," ungkap Viktor.
Guna memastikan program agroforestri dapat berjalan dengan baik di NTT, Gubernur Viktor telah meminta KLHK menyiapkan tim pengawas lapangan sehingga program yang disiapkan dapat memberikan dampak ekonomi pada masyarakat NTT.
Dia juga mengatakan pemerintah daerah berencana melakukan hilirisasi dengan mengekspor arang bambu ke luar negeri.
"Kami akan siapkan untuk ekspor ke Jepang, sudah dapat kontrak yang cukup bagus dan akan kami kirim ke Jepang," ucapnya.
Selanjutnya dia mengatakan bahwa Pemerintah Provinsi NTT mendukung pencapaian target carbon neutral sektor kehutanan pada 2030 dengan konservasi yakni budidaya rumput laut dan lobster di Mulut Seribu Pulau Rote.
"Itu daerah konservasi yang sangat baik, sehingga bukan saja membantu menurunkan emisi karbon tetapi juga berkontribusi dalam peningkatan ekonomi masyarakat NTT," katanya menandaskan.
Bupati Manggarai Barat Edistasius Endi juga menyatakan dukungan penuh terhadap upaya menurun emisi gas rumah kaca dari sektor kehutanan. Dia mengatakan Manggarai Barat akan memiliki rumah produksi bersama dari bahan baku bambu dalam waktu dekat.
Baca juga:
- Pilih Kunjungi Golkar daripada Parpol di Koalisi Perubahan, Surya Paloh: Prioritas NasDem, Ada Romantisme
- Ketemu Jokowi 1 Jam 20 Menit, Surya Paloh: Tidak Ada Perubahan dari Presiden, Suasana Penerimaan Baik
- Ini 3 Hal yang Dibahas Airlangga dan Surya Paloh dalam Pertemuan di Rabu Pon
- Kelakar Airlangga Soal Reshuffle Rabu Pon: Hari Ini Golkar Bertemu NasDem
Lewat rumah produksi bambu itu, masyarakat dapat mengurangi penggunaan botol plastik dan mendukung upaya pemerintah pusat tersebut.
"Mari juga kita berintegrasi menjadikan bambu sebagai penggerak ekonomi rakyat," ucap bupati yang akrab disapa Edi Endi ini.