KSAU Wajibkan Seluruh Personel TNI AU Konsumsi Kelor dalam Sebulan
Kepala Staf Angkatan Udara (KSAU) Marsekal TNI Fadjar Prasetyo/FOTO ANTARAKornelis Kaha

Bagikan:

KUPANG - Kepala Staf TNI Angkatan Udara (KSAU) Marsekal TNI Fadjar Prasetyo menjamin dalam satu bulan seluruh personel TNI AU di seluruh Indonesia wajib untuk mengonsumsi minuman kelor atau bawaannya.

“Dalam satu bulan ke depan Lanud-Lanud serta satuan TNI AU di seluruh Indonesia harus minum kelor atau mengonsumsi daun kelor serta apa pun turunannya untuk kesehatan,” katanya saat mencanangkan pencegahan stunting atau gagal tumbuh secara nasional di Kupang, Nusa Tenggara Timur (NTT) dilansir ANTARA, Senin, 20 Maret.

Hal ini disampaikannya menanggapi permohonan Gubernur NTT Viktor B Laiskodat yang dalam sambutannya yang meminta agar kelor menjadi bahan konsumsi wajib bagi seluruh prajurit TNI AU di seluruh Indonesia.

Sebelumnya, gubernur mengatakan kandungan nutrisi kelor lebih tinggi dari susu, pisang, jeruk, nanas dan wortel. Karena itu dengan cukup mengonsumsi satu cangkir teh kelor diyakini sudah cukup memenuhi kebutuhan nutrisi tubuh.

Dia bahkan menyebutnya sebagai pohon ajaib dan merupakan salah satu kekayaan yang dimiliki oleh masyarakat NTT dan hanya ada di NTT.

Viktor mengklaim, sebutan pohon ajaib tersebut juga diakui Organisasi Kesehatan Dunia Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) atau  World Health Organization (WHO).

KSAU mengatakan pihaknya akan terus mempromosikan khasiat dari daun kelor atau minuman kelor tersebut tidak hanya kepada prajurit TNI AU saja tetapi kepada seluruh masyarakat Indonesia.

“Kita akan menyelenggarakan upacara peringatan HUT TNI AU yang cukup besar dan kami berupaya untuk kita kenalkan,” katanya.

Dia juga menyanggupi permintaan dari gubernur NTT yang berharap agar TNI AU menyiapkan 10 desa binaan untuk membudidayakan pohon kelor untuk kemudian bisa dikonsumsi untuk menekan angka stunting.

Seluruh personel TNI AU di NTT juga diperintahkan untuk membantu seluruh program Pemprov NTT, khususnya dalam hal pengentasan masalah stunting, demikian Fadjar Prasetyo.