JAKARTA - Wakil Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan (LHK) Alue Dohong mengingatkan bahwa pengelolaan sampah ikut berperan dalam upaya menurunkan emisi gas rumah kaca (GRK), terutama demi mengurangi gas metana yang dihasilkan dari praktik pengelolaan sampah.
"Penurunan emisi gas rumah kaca dari sektor persampahan juga sangat penting karena akan terkait dengan upaya menahan gas buang melalui sistem pengelolaan," katanya dalam acara Peringatan Hari Peduli Sampah Nasional (HPSN) 2022 yang diikuti secara virtual di Jakarta, Senin 21 Februari.
Melalui sistem pengelolaan berantai, kata dia, diharapkan tidak akan terdapat material terbuang yang terproses menjadi gas termasuk metana yang merupakan salah satu GRK.
Selain itu, pengelolaan sampah juga dapat menjadi sumber energi baru yaitu Pembangkit Listrik Tenaga Sampah (PLTSa) serta memanfaatkannya menjadi pupuk serta bahan baku industri.
"Jelas bahwa upaya-upaya pengelolaan sampah yang dilakukan menjadi bagian penting dari upaya penurunan emisi gas rumah kaca," kata Alue Dohong.
Terkait hal itu, Dirjen Pengelolaan Sampah, Limbah dan Bahan Beracun Berbahaya (PSLB3) KLHK Rosa Vivien Ratnawati menyebut HPSN 2022 yang diperingati setiap 21 Februari menjadi babak baru pengelolaan sampah di Tanah Air.
Mengambil tema "Kelola Sampah, Kurangi Emisi, Bangun Proklim", HPSN 2022 mengusung tiga kegiatan dalam satu program yang bertujuan pelembagaan keperdulian sampah di tengah masyarakat dengan perspektif iklim, pengelolaan sampah dan perhutanan sosial.
"Jumlah signifikan gas metana yang dihasilkan dari tempat pemrosesan akhir sampah mengambil peran besar dalam menciptakan efek gas rumah kaca selain itu masih adanya aktivitas pengelolaan sampah yang salah seperti pembakaran terbuka dan pembuangan sampah secara sembarangan," katanya.
Untuk mendukung usaha penanganan emisi GRK telah dimulai pendampingan pengelolaan sampah di empat lokasi Program Kampung Iklim (Proklim) di Kabupaten Gianyar, Provinsi Bali.
Keempat lokasi itu akan menjadi percontohan bagi 3.270 Kampung Iklim lain di seluruh Indonesia, demikian Rosa Vivien Ratnawati.