Buntut Penyerbuan Brasilia, 40 Tentara yang Mengawal Kediaman Presiden Brasil Lula Ditarik

JAKARTA - Presiden Brasil Luiz Inacio Lula da Silva memutuskan menarik 40 tentara yang menjaga kediaman presiden, setelah menyatakan ketidakpercayaan pada militer karena gagal menangani demonstran yang menggeledah gedung-gedung pemerintah pada penyerbuan ibu kota Brasilia pada 8 Januari.

Keputusannya dipublikasikan pada Hari Selasa di surat kabar resmi Pemerintah Brasil, melansir Reuters 18 Januari

Sebagian besar pasukan yang menjaga Istana Alvorada atau Palácio da Alvorada, demikian sebutan kediaman presiden, berasal dari angkatan darat. Namun, ada juga anggota yang berasal dari angkatan laut, angkatan udara dan polisi militer.

Pekan lalu, Presiden Lula mengatakan kepada wartawan, anggota pasukan keamanan terlibat dalam membiarkan massa pendukung mantan presiden sayap kanan Jair Bolsonaro, menyerbu gedung-gedung utama yang menjadi pusat kekuasaan di Brasilia.

Kantor presiden tidak segera menanggapi permintaan komentar tentang siapa yang akan menggantikan pasukan yang menjaga kediaman presiden.

Investigasi terhadap amukan tersebut mulai menunjukkan penyimpangan yang tampaknya disengaja dalam pengamanan yang memungkinkannya terjadi.

Diketahui, beberapa ribu pendukung Bolsonaro menyerbu Kongres, Istana Kepresidenan Planalto dan Mahkamah Agung, berusaha membatalkan hasil Pemilu Oktober yang dimenangkan Lula dengan keunggulan tipis.

"Banyak yang terlibat di kalangan polisi militer. Ada banyak orang dari angkatan bersenjata yang terlibat," kata Presiden Lula kepada wartawan pekan lalu.

"Saya yakin pintu istana dibuka untuk orang-orang ini masuk, karena saya tidak melihat pintunya rusak," sambungnya.

Presiden Lula juga meningkatkan kritik terhadap tentara, karena tidak melakukan apa pun untuk mencegah perkemahan pendukung Bolsonaro selama dua bulan di luar markas besarnya, di mana mereka menuntut militer untuk membatalkan hasil pemilihan presiden.