Sri Mulyani: Industri Keuangan Syariah Kebal Ditekan COVID-19
JAKARTA - Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati mengatakan di tengah tekanan pandemi COVID-19, kinerja industri syariah justru stabil. Bahkan, pertumbuhannya lebih tinggi bila dibandingkan dengan perbankan konvensional.
"Yang cukup menarik di dalam kondisi yang menekan akibat COVID-19 intermediasi perbankan nasional yang cenderung mengalami penurunan. Namun kinerja perbankan syariah justru cenderung stabil dan tumbuh lebih tinggi dibandingkan perbankan konvensional," katanya, dalam acara Sharia Business and Academic Sinergy (SBAS) yang diadakan secara virtual, Selasa, 29 Desember.
Menurut Sri Mulyani, pertumbuhan perbankan syariah di tengah krisis bukan kali ini terjadi. Sebelumnya, juga sering terjadi di dalam kondisi krisis, salah satunya pada tahun 2008 lalu.
Hingga September 2020 ini, aset perbankan Syariah tumbuh 10,97 persen bila dibandingkan periode yang sama tahun lalu. Kata Sri Mulyani, jumlah tersebut lebih tinggi bila dibandingkan dengan perbankan konvensional yang jumlah asetnya hanya tumbuh 7,77 persen.
Baca juga:
Sementara untuk total aset industri keuangan syariah hingga September 2020 mencapai Rp 1.710,16 triliun dengan market share mencapai 9,69 persen. Jumlah termasuk tidak termasuk dengan saham syariah.
Adapun bila dirinci, jumlah aset keuangan syariah tersebut terdiri atas aset perbankan syariah yang sebesar Rp575,85 triliun, industri keuangan bukan bank Rp111,44 triliun, dan pasar modal syariah sebesar Rp1.022,87 triliun.
"Selama tiga dasawarsa terakhir sejak berdirinya bank syariah pertama yaitu pada tahun 1992 (hingga hari ini) keuangan syariah berkembang cukup mengesankan," tuturnya.