Apa yang Dilakukan DPR Ketika Tahu Stok Vaksin untuk Anak-anak Sudah Lama Kosong?
JAKARTA - Pemerintah diminta melakukan uji klinis terhadap vaksin dalam negeri, Indovac dan Inavac, untuk menambah stok vaksin, khususnya vaksin anak-anak usia 6-11 tahun yang ternyata sudah lama kosong.
Hal ini dilakukan sembari menunggu rekomendasi dari WHO dan kajian dari ITAGI (Indonesian Technical Advisory Group on Immunization) serta IDAI (Ikatan Dokter Anak Indonesia) untuk ke depan menggunakan vaksin Pfizer pada anak usia di atas 6 tahun.
"Memang vaksin untuk anak masih belum, masih menunggu dari WHO. Saya kira sambil menunggu, kita dorong pemerintah mempersiapkan diri agar vaksin anak bangsa Indovac dan Inavac dari yang dihasilkan Unair dan Bio Farma untuk dilakukan uji klinis, khususnya untuk anak-anak dalam rangka menambah perbendaharaan stok vaksin anak dan booster anak, segera itu," ujar Anggota Komisi IX DPR RI Rahmad Handoyo, saat dihubungi VOI, Senin, 2 Januari.
Namun, setelah dibuat satu penelitian uji klinis terhadap kedua vaksin anak bangsa itu, pemerintah juga harus berkomitmen membeli untuk digunakan sebagai vaksin yang akan disuntikan ke masyarakat.
"Selama ini kan yang dibeli pemerintah terbatas, hanya sebatas Indovac 5 juta, Inavac 5 juta. Jadi harus ada konsesus dari pemerintah untuk membeli karena hasil uji klinis tidak mudah, mahal dan membutuhkan relawan dari anak anak," kata legislator PDIP itu.
Kemudian setelah ada rekomendasi dari WHO terkait vaksin Pfizer untuk anak usia 6 tahun ke atas, pemerintah juga harus sudah punya stok yang cukup terhadap vaksin booster anak.
"Kalau untuk vaksinasi satu, dua, kan sudah cukup ya. Maka pemerintah juga harus beri respon baik untuk Indovac dan Inavac, meskipun kita tahu bisa untuk anak-anak sudah ada izin darurat," kata Rahmad.
Sebelumnya, Kepala Biro Komunikasi dan Pelayanan Publik Kementerian Kesehatan (Kemenkes) Siti Nadia Tarmizi, merespons kosongnya stok vaksin COVID-19 untuk vaksinasi anak usia 6-11 tahun di Indonesia.
Nadia mengaku, stok vaksin Sinovac yang ditetapkan sebagai vaksin anak usia 6-11 tahun sudah habis sejak beberapa bulan lalu. Kini, pemerintah masih menunggu vaksin baru produksi PT Bio Farma untuk melanjutkan vaksinasi anak 6-11 tahun tersebut.
"Kita masih menunggu produksi dalam negeri untuk bisa segera digunakan," kata Nadia dalam pesan singkat, Senin, 2 Januari.
Saat ini, Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) telah memberikan izin vaksin COVID-19 anak 6 bulan hingga 11 tahun menggunakan Pfizer. Stok Pfizer di Indonesia juga masih dinyatakan cukup.
Baca juga:
- Sudah Berbulan-bulan Vaksin COVID-19 untuk Anak Kosong, Kemenkes: Masih Tunggu Produksi Dalam Negeri
- Kata KPK, Laporan Kekayaan Pejabat Harus Lengkap Jangan Hanya Sekadar Formalitas
- Presiden Jokowi Buka Perdagangan Bursa Efek Indonesia 2023: Ini Tahun Ujian, Kita Harus Waspada
- Chelsea Kembali Kehilangan Poin di Premier League Inggris, Statistik Graham Pottter Pun Jadi Sorotan
Namun, Kemenkes belum mengeluarkan surat keputusan kepada pemerintah daerah untuk menggunakan vaksin selain jenis Sinovac kepada anak 6-11 tahun.
"Kami masih menunggu rekomendasi dari WHO dan kajian dari ITAGI (Indonesian Technical Advisory Group on Immunization) serta IDAI (Ikatan Dokter Anak Indonesia) untuk ke depan menggunakan Pfizer pada usia di atas 6 tahun," ungkap Nadia.
Secara umum, berdasarkan hasil sero survei, kekebalan imunitas penduduk Indonesia per Juli 2022 menyentuh angka 98,5 persen. Cakupan imunitas masyarakat ini meningkat dari bulan Desember 2021 yang menyentuh angka 87,8 persen.
Selama COVID-19 masih ada, kelompok yang paling berisiko untuk tertular virus coronan ini adalah orang yang berusia 18 tahun ke atas, terutama lansia.
"Kelompok ini (18 tahun ke atas) yang harus dikejar lebih dulu (vaksinasinya) karena mobilitasnya yang lebih tinggi. Jadi, ini yang sekarang harus dikejar sambil menunggu ketersediaan vaksin untuk anak," urai Nadia.