Dua Peneliti Ethiopia Gugat Meta karena Gagal Mengatasi Ujaran Kebencian di Facebook
JAKARTA - Meta Platform Inc., digugat di Kenya pada Rabu, 14 Desember karena membiarkan posting kekerasan dan kebencian dari Ethiopia berkembang di Facebook, hingga mengobarkan perang saudara Ethiopia.
Gugatan, yang diajukan oleh dua peneliti Ethiopia dan kelompok hak asasi Katiba Institute Kenya, menuduh bahwa sistem rekomendasi Facebook memperkuat postingan kekerasan di Ethiopia, termasuk beberapa yang mendahului pembunuhan ayah salah satu peneliti.
"Facebook tidak hanya mengizinkan konten semacam itu ada di platform, mereka memprioritaskannya dan menghasilkan uang dari konten semacam itu. Mengapa mereka diizinkan melakukan itu?" kata Mercy Mutemi, pengacara yang mewakili dua peneliti Ethiopia, dalam konferensi pers di Nairobi.
Gugatan itu juga menyebut bahwa Meta gagal melakukan kehati-hatian yang wajar dalam melatih algoritmanya untuk mengidentifikasi postingan berbahaya dan dalam mempekerjakan staf untuk menjadi polisi konten bahasa, yang dicakup oleh pusat moderasi regionalnya di Nairobi.
Juru bicara Meta Erin McPike mengatakan ujaran kebencian dan hasutan untuk melakukan kekerasan bertentangan dengan aturan Facebook dan Instagram.
"Kami banyak berinvestasi dalam tim dan teknologi untuk membantu kami menemukan dan menghapus konten ini," kata McPike, seperti dikutip Reuters.
Baca juga:
"Kami mempekerjakan staf dengan pengetahuan dan keahlian lokal dan terus mengembangkan kemampuan kami untuk menangkap konten yang melanggar dalam bahasa yang paling banyak digunakan di Ethiopia,” kata McPike.
Dewan Pengawas Independen Meta tahun lalu merekomendasikan peninjauan tentang bagaimana Facebook dan Instagram telah digunakan untuk menyebarkan konten yang meningkatkan risiko kekerasan di Ethiopia.
Penggugat meminta pengadilan untuk memerintahkan Meta mengambil langkah darurat untuk menurunkan konten kekerasan, meningkatkan staf moderasi di Nairobi, dan menciptakan dana restitusi sekitar 2 miliar dolar AS untuk korban kekerasan global karena hasutan di Facebook.
Ayah dari Abrham Meareg, salah satu peneliti Ethiopia, menghadapi penghinaan etnis dan sejumlah posting di Facebook menyerukan kematiannya pada Oktober 2021. Bahkan terdapat posting yang mengungkapkan alamatnya.
Menurut gugatan tersebut, ayah Abrham, seorang etnis Tigrayan, dibunuh pada 3 November 2021,. Abrham mengatakan kepada Reuters bahwa dia menganggap Meta "bertanggung jawab langsung" atas kematian ayahnya.
Kasus ini memunculkan tuduhan yang dihadapi Meta atas konten di platformnya terkait dengan kekerasan di tempat lain, termasuk di Myanmar, Sri Lanka, Indonesia, dan Kamboja. Perusahaan telah mengakui "terlalu lambat" untuk bertindak di Myanmar.
Ribuan orang tewas dan jutaan orang mengungsi dalam konflik Ethiopia yang meletus pada tahun 2020 antara pemerintah federal dan pasukan pemberontak dari wilayah Tigray utara. Kedua belah pihak sepakat pada November lalu untuk penghentian permusuhan secara permanen.