Pemain Iran Amir Nasr-Azadani Dijatuhi Hukuman Gantung karena Menyuarakan Hak Perempuan, FIFPRO Bereaksi Keras

JAKARTA - Pesepak bola Iran Amir Nasr-Azadani dijatuhi hukuman gantung karena mengkampanyekan hak-hak perempuan dan kebebasan dasar. Informasi itu disampaikan oleh Serikat Pemain Profesional (FIFPRO) dalam pernyataan di Twitter resmi mereka.

FIFPRO pun mengecam keputusan tersebut dan meminta agar hukuman itu segera dicabut.

"FIFPRO terkejut dan muak dengan laporan bahwa pesepakbola profesional Amir Nasr-Azadani menghadapi eksekusi di Iran setelah mengkampanyekan hak-hak perempuan dan kebebasan dasar di negaranya," demikian bunyi kicauan FIFPRO, dilansir First Post.

Amir Nasr-Azadani, 26, adalah salah satu pesepak bola yang paling aktif mengkampanyekan hak-hak perempuan sejak kematian wanita 22 tahun Mahsa Amini pada September kemarin.

Amini meninggal dalam tahanan setelah ditangkap karena menolak untuk mematuhi aturan ketat berpakaian bagi wanita yang berlaku di Iran. Kematian Amini inilah kemudian memicu gelombang demo besar-besaran.

Tim nasional Iran bahkan ikut menunjukkan solidaritas kepada pengunjuk rasa ketika mereka menolak menyanyikan lagu kebangsaan dalam pertandingan pembuka Piala Dunia 2022 Qatar melawan Inggris.

Menurut Iran Wire, Amir Nasr-Azadani dijatuhi hukuman mati karena dikaitkan dengan kematian Kolonel Esmaeil Cheraghi dan dua anggota Basij.

Sumber yang sama menyebut Nasr-Azadani memang sering hadir di protes nasional, tapi ia tidak ada saat pembunuhan terjadi. Meski demikian, ia diketahui bersama dua terdakwa lainnya muncul di televisi pemerintah pada 20 November dan membaca pengakuan yang diduga dipaksakan.

"Kami berdiri dalam solidaritas dengan Amir dan menyerukan agar hukumannya segera dicabut," demikian lanjutan twit tersebut.

Menurut kantor berita Iran Mizan, Nasr-Azadani akan mengalami nasib yang sama dengan pegulat Iran Majid Reza Rahnavard. Rahnavard dieksekusi di depan umum karena vokal menentang perlakuan terhadap wanita di Iran.

Total Iran telah mengeksekusi dua orang sejauh ini terkait dengan protes antipemerintah. Pada 8 Desember, seorang pemuda berusia 23 tahun bernama Mohsen Shekari digantung setelah dinyatakan bersalah oleh pengadilan revolusioner karena "berperang melawan Tuhan".

Menyusul pada 12 Desember, giliran Rahnavard digantung di depan umum karena membunuh dua anggota pasukan keamanan.