Utusan AS Sebut Protes dan Penjualan Drone Iran Pengaruhi Pembicaraan Pemulihan Kesepakatan Nuklir 2015
JAKARTA - Tindakan keras Iran terhadap pengunjuk rasa dan penjualan pesawat tak berawak ke Rusia, mengalihkan fokus Amerika Serikat dari memulihkan Kesepakatan Nuklir 2015, kata utusan Washington untuk Teheran.
Berbicara kepada wartawan di Paris, Robert Malley menyebut Amerika Serikat akan membiarkan pintu terbuka untuk melanjutkan diplomasi "kapan dan jika" saatnya tiba, tetapi untuk saat ini Washington akan melanjutkan kebijakan sanksi dan tekanan.
Pembicaraan untuk menghidupkan kembali kesepakatan 2015 antara Iran dan kekuatan dunia telah menemui jalan buntu sejak September.
Negara-negara Barat menuduh Iran membuat tuntutan yang tidak masuk akal, setelah semua pihak tampaknya mendekati kesepakatan.
"Jika negosiasi ini tidak terjadi, itu karena posisi Iran dan semua yang telah terjadi sejak (September)," kata Malley, melansir Reuters 15 November.
"Fokus kami bukanlah kesepakatan yang tidak bergerak maju, tetapi apa yang terjadi di Iran, gerakan populer ini dan tindakan brutal rezim terhadap pengunjuk rasa. Juga penjualan drone bersenjata oleh Iran ke Rusia dan pembebasan sandera kami," katanya merujuk pada tiga warga negara Amerika yang ditahan di Iran.
Malley menolak memberikan kerangka waktu tentang berapa lama Washington akan menerima status quo, tetapi mengatakan jika diplomasi gagal, Amerika Serikat siap menggunakan alat lain.
"Jika Iran mengambil inisiatif untuk melewati ambang batas baru dalam program nuklirnya, maka jelas tanggapannya akan berbeda dan dikoordinasikan dengan sekutu Eropa kami," jelas Malley, tanpa menjelaskan lebih lanjut.
"Tidak ada keajaiban di mana kita akan menemukan formula baru," tegasnya.
Diketahui, protes anti-pemerintah pecah pada bulan September atas kematian Mahsa Amini (22) saat dia berada dalam tahanan polisi moral Iran.
Belakangan, Uni Eropa, Amerika Serikat, Kanada dan Inggris telah menjatuhkan sanksi atas pelanggaran hak asasi manusia di Iran serta penjualan drone ke Moskow.
Baca juga:
- Raja Charles III Ingin Parlemen Lakukan Amendemen, Agar Putri Anne dan Pangeran Edward Bisa Bertindak Menggantikan Dirinya
- Presiden Macron Temui Xi Jinping di Sela-sela KTT G20: Prancis Harapkan Kerja Sama China Soal Ukraina
- Di Hadapan Pemimpin G20, Presiden Zelenksy Harapkan Kesepakatan Ekspor Biji-bijian Laut Hitam Diperpanjang
- Hadiri KTT G20 Bali Secara Daring, Presiden Zelensky: Perang Harus Dihentikan Sekarang
Iran diketahui telah melanjutkan program nuklirnya, memasang ratusan sentrifugal yang lebih canggih. Mesin memperkaya uranium, meningkatkan kemampuan negara untuk memperkaya jauh melampaui batas yang ditetapkan oleh kesepakatan 2015.
Teheran mulai melanggar persyaratan itu pada 2019, sebagai tanggapan atas penarikan Amerika Serikat dari kesepakatan pada 2018 di bawah Presiden Donald Trump.
Kesepakatan Nuklir 2015 membatasi aktivitas pengayaan uranium Iran untuk mempersulit Teheran mengembangkan senjata nuklir, dengan imbalan pencabutan sanksi internasional. Iran membantah ingin memperoleh senjata nuklir.