Tak Cuma Perang Fisik, Wamenhan Ingatkan Daya Rusak dari Kemungkinan Perang Siber
JAKARTA - Wakil Menteri Pertahanan (Wamenhan) M. Herindra mengingatkan pentingnya waspada dengan perang siber karena efeknya bisa menimbulkan kehancuran lebih parah dibanding perang fisik.
"Konsepsi ancaman telah berubah, dari yang semula berupa perang fisik, kini penghancuran pada ketahanan suatu bangsa dapat ditembus melalui jejaring siber. Dampak kerusakan dari perang siber ini lebih parah daripada kehancuran yang diakibatkan oleh perang fisik," kata Herindra saat menyampaikan pidato kunci Defense Industry Collaboration: For Better Economy and Stronger Defense pada Indo Defence 2022 Expo & Forum di JIExpo Kemayoran, Jakarta, Kamis 3 November.
Perang yang memanfaatkan medium siber itu memiliki dampak kehancuran lebih parah daripada perang fisik karena langsung menyerang pola pikir suatu bangsa. Akibatnya, perang tersebut dapat menimbulkan kehancuran mental, ekonomi, sosial, budaya, politik, bahkan ideologi.
Oleh karena itu, menurut dia, bangsa Indonesia, terutama yang terlibat dalam sektor pertahanan negara, perlu meningkatkan penguasaan teknologi guna menjaga Indonesia dari serangan perang siber.
Selain perang siber, Herindra juga menyampaikan beberapa spektrum ancaman pertahanan lain yang perlu diwaspadai oleh bangsa Indonesia. Spektrum ancaman itu adalah pelanggaran kedaulatan negara, pencurian sumber daya alam (SDA) di laut, radikalisme, ancaman serangan biologis, serta bencana alam.
Baca juga:
- Usai Pastikan Diri Lolos ke Babak 16 Besar Liga Champions, AC Milan Tidak Gentar Hadapi Tim Unggulan
- Tingkatkan Jumlah Investor di Papua, Bursa Efek Ajak 1.000 Guru Investasi di Pasar Modal
- Periksa 20 Saksi, Kejagung Usut Dugaan Korupsi Ekspor Rajungan dan Daging PT Surveyor
- Oksimeter Inframerah Bekerja Tak Maksimal pada Orang Kulit Berwarna, Oksimeter Denyut Jadi Pilihan
"Spektrum ancaman lain meliputi pelanggaran kedaulatan, pencurian SDA di laut, radikalisme, dan ancaman biologis, serta bencana alam. Semuanya ini telah berubah dari (ancaman) tradisional menjadi non-tradisional," jelas dia seperti dikutip dari Antara.
Meskipun begitu, Herindra mengingatkan agar bangsa Indonesia tidak mengabaikan perang tradisional, seperti perang fisik. Menurut dia, perang tradisional tetap berpotensi terjadi, seperti perang yang bergejolak saat ini antara Ukraina dan Rusia.
"Kita juga sebagai suatu bangsa dan negara jangan lupa, kita kadang-kadang diberi pengetahuan bahwa ke depan tidak akan ada perang fisik atau tradisional ataupun konvensional, tapi ternyata terjadi," ujarnya.