Spotify Pamer Punya 195 Juta Pengguna Berbayar, Tapi Pemegang Saham Kecewa
JAKARTA - Laporan pada kuartal ketiga (Q3) di 2022 terlihat sangat baik untuk Spotify, yang menyatakan platform telah memiliki 195 juta pengguna berbayar, meningkat 7 juta sejak kuartal terakhir Q2.
Perusahaan mengharapkan akan mencapai angka 200 juta pada akhir tahun. Sayangnya, jumlah pelanggan yang besar tidak selalu membuat pemegang saham bahagia, terutama ketika margin kotornya di bawah ekspektasi.
Spotify melaporkan saham turun lebih dari 6 persen dalam perdagangan setelah jam kerja. Margin laba kotor Spotify adalah 24,7 persen, dua poin lebih rendah dari pada kuartal yang sama tahun lalu dan di bawah panduan perusahaan sebelumnya.
Dikatakan Spotify, hal ini karena penyesuaian yang tidak menguntungkan terhadap perkiraan periode sebelumnya untuk kewajiban pemegang hak.
Fakta bahwa musik semakin mahal menjelaskan dorongan Spotify ke bisnis podcasting. Sekarang terdapat 4,7 juta podcast yang tersedia di platform, naik dari 4,4 juta pada Q2. Meskipun bisnis podcast masih belum cukup menguntungkan bagi Spotify, perusahaan melihat pertumbuhan dua digit dalam pendapatan podcast.
Baca juga:
Melansir XDA Developers, Kamis, 27 Oktober, baru-baru ini, Spotify juga mulai bisnis baru dengan menawarkan buku audio di Amerika Serikat (AS). Layanan ini menyediakan lebih dari 300.000 buku, tetapi buku audio bukan bagian dari layanan streaming, yang mengharuskan pengguna untuk membeli setiap judul jika mereka ingin mendengarkannya.
Sejauh masa depan Spotify, kemungkinan paket berlangganan HiFi-nya dapat memulai debutnya sekitar tahun depan. Layanan ini secara misterius ditangguhkan tanpa alasan, namun baru-baru ini perusahaan kedapatan telah mendistribusikan ke pelanggan Spotify sebagai uji coba.
HiFi diklaim akan hadir sebagai paket Platinum. Paket Platinum bisa berharga 19,99 dolar AS setara Rp300 ribuan per bulan dengan menawarkan fasilitas lain seperti Audio Insights, Headphone Tuner, Library Pro, Playlist Pro, dan Studio Sound.