Bertemu di Washington: Presiden Herzog Soroti Nuklir Iran hingga Bantuan Senjata ke Rusia, Presiden Biden Tekankan Solusi Dua Negara Israel-Palestina
JAKARTA - Presiden Amerika Serikat Joe Biden dan Presiden Israel Isaac Herzog menggelar pembicaraan yang berfokus pada Iran Hari Rabu di Washington D.C, serta menyinggung solusi dua negara terkait konflik Israel-Palestina .
Presiden Herzog mengatakan, dia dan Presiden Biden membahas pasokan senjata dari Iran ke Rusia yang digunakan di Ukraina. Selain itu, dibahas pula program nuklir Iran dan penindasan terhadap warganya.
Selain itu, Presiden Herzog juga menyoroti 40 hari kematian Mahsa Amini (22) dalam tahanan polisi moral lantaran pakaiannya dinilai tidak sesuai, memicu protes nasional.
"Ini adalah contoh Iran menghancurkan warganya sendiri sambil bergerak maju menuju senjata nuklir dan memasok senjata mematikan yang membunuh warga tak berdosa di Ukraina. Tantangan Iran akan menjadi tantangan besar untuk dibahas," kata Presiden Herzog, melansir Reuters 27 Oktober.
Sementara itu, dalam pernyataannya Gedung Putih mengatakan, Presiden Biden pada pertemuan tersebut menekankan menekankan pentingnya mengambil langkah-langkah untuk mengurangi eskalasi situasi keamanan di Tepi Barat, dengan negosiasi solusi dua negara antara Israel dan Palestina tetap merupakan cara terbaik untuk perdamaian abadi.
"Mereka membahas pentingnya mempromosikan koeksistensi dan melemahkan ekstremis yang mempromosikan kebencian dan kekerasan," sebut Gedung Putih dalam sebuah pernyataan.
Baca juga:
- Presiden Biden Sebut Xi Jinping Tahu Amerika Serikat Tidak Mencari Konflik dengan China
- Tahan Serangan Pasukan Ukraina: Tentara Rusia Gali Parit di Kherson, Kerahkan Personel Wajib Militer
- Presiden Zelensky Sebut Pasukan Ukraina Menahan Taktik Gila Tentara Rusia di Donbas
- Pembelot Korea Utara Ditemukan Tewas di Apartemen Seoul: Jasadnya Membusuk, Kenakan Pakaian Musim Dingin
Presiden Biden sendiri dalam kesempatan tersebut mengapresiasi langkah Israel dan Lebanon yang akan menandatangani perjanjian maritim, untuk menetapkan batas permanen, di mana Washington membantu menegosiasikan kesepakatan tersebut.
"Saya pikir ini terobosan bersejarah. Butuh banyak keberanian bagi Anda untuk melangkah dan melangkah ke dalamnya, dan butuh keberanian nyata, dan saya pikir butuh prinsip dan diplomasi yang gigih untuk menyelesaikannya," ujar Presiden Biden.