Sejarah Hari Ini: Kesatuan Aksi Mahasiswa Indonesia atau KAMI Dibentuk pada 25 Oktober 1965
JAKARTA – Sejarah hari ini, 57 tahun yang lalu, 25 Oktober 1965, para mahasiswa di seantero Jakarta membentuk organisasi federasi yang diberi nama Kesatuan Aksi Mahasiswa Indonesia (KAMI). Organisasi itu dibentuk atas dukungan besar dari Himpunan Mahasiswa Indonesia (HMI) dan lain sebagainya.
KAMI hadir sebagai bentuk kekecewaan kepada pemerintah Orde Lama (Orla). Mereka kemudian menuntut pembubaran Partai Komunis Indonesia (PKI), turunkan harga, dan rombak kabinet. Kelak, tiga tuntutan itu dikenang sebagai Tritura.
Peristiwa Gerakan 30 September membawa luka mendalam bagi segenap bangsa Indonesia. Utamanya kaum mahasiswa. Mereka menganggap PKI bertanggung jawab atas penculikan sederet jenderal TNI Angkatan Darat (AD). Segenap mahasiswa ingin supaya PKI segera dibubarkan oleh orang nomor satu Indonesia, Soekarno.
Sikap Bung Karno sebaliknya. Bung Karno dianggap terlalu lembek jika berhubungan dengan PKI. Tindak-tanduknya enggan membubarkan PKI. Karenanya, mahasiswa mulai mempertanyakan kapasitas Bung Karno sebagai pemimpin Indonesia.
Kondisi itu kemudian diperparah dengan kehadiran badai resesi. Kebijakan yang dikeluarkan pemerintah kerap memberatkan rakyat.Sedang pemerintah terus mengumandangkan proyek-proyek mercusuar. Apalagi para menteri-menteri Soekarno sendiri dianggap tak peka dengan kondisi rakyat.
Gaya hidup mewah kerap dipertontonkan, padahal kondisi ekonomi Indonesia morat-marit. Mahasiswa pun bersepakat bahwa Soekarno harus segera mengambil keputusan yang tegas untuk menentukan masa depan Indonesia.
“Sayangnya, Bung Karno bukan seorang pemimpin yang baik dalam membangun dan mengelola negara pascakemerdekaan. Bung Karno bukanlah pemimpin yang dapat mengisi kemerdekaan dengan membangun bangsanya menjadi modern, kuat, dan makmur.”
“Tampaknya Bung karno telah terperangkap dalam gelora romantika revolusi kemerdekaan itu terus-menerus. Tentu kita tidak bisa sepenuhnya menyalahkan Bung karno, apalagi perjuangannya memang cukup lama dan berat, sampai harus mendekam di penjara dan dibuang ke pengasingan,” ungkap mahasiswa angkatan 66, Firman Lubis dalam buku Jakarta 1950-1970 (2018).
Soekarno pun berjanji akan memenuhi tuntutan mahasiswa. Namun, janji tersebut tak kunjung ditepati. Mahasiswa pun berang. Para mahasiwa pun terus menambah kekuatannya. Makin hari, makin banyak mahasiswa yang turun ke jalan menggelorakan semangat antikomunis.
Fakta itu membuat sederet organisasi mahasiswa membentuk KAMI pada 25 Oktober 1965. Organisasi yang terlibat antara lain HMI, Perhimpunan Mahasiswa Katolik Republik Indonesia (PMKRI), Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII), dan organsiasi lainnya.
Kelak, sederet mahasiswa dengan panji KAMI lalu turun ke jalan menggelorakan Tri Tuntutan Rakyat (Tritura). Bubarkan PKI, turunkan harga, rombak kabinet. Aksi Tritura itu jadi salah satu penyebab tumbangnya Soekarno.
Baca juga:
- Kurang Dana: Muara Kegagalan Gubernur Jenderal Herman Willem Daendels Pindahkan Ibu Kota Hindia-Belanda
- Ceramah Bung Hatta di Hadapan Pers Minangkabau dalam Sejarah Hari Ini, 24 Oktober 1932
- Majalah De Indier Milik Tjipto Mangoenkoesoemo Terbit Perdana di Belanda dalam Sejarah Hari Ini, 23 Oktober 1913
- Hari Ini 22 Oktober 2020: Jembatan Teluk Kendari Diresmikan Presiden Jokowi
“Menjelang berakhirnya tahun 1965 operasi militer penumpasan terhadap pemberontakan G-30-S/PKI dapat dikatakan sudah berakhir. Akan tetapi, penyelesaian politik terhadap peristiwa tersebut belum terlihat adanya tanda-tanda akan dilaksanakan oleh Presiden Soekarno sesuai dengan janjinya. Dengan demikian, krisis politik semakin mendalam Akibatnya, terjadi erosi kepercayaan rakyat kepada Presiden Sockarno.”
“Pada tanggal 25 Oktober 1965, para mahasiswa di Jakarta membentuk organisasi federasi yang terdiri atas HMI, PMKRI, PMII, GMNI, SEMMI, SOMAL, PELMASI, dan Mapantjas, yang disponsori oleh Menteri Perguruan Tinggi dan Ilmu Pengetahuan dr. Syarif Thayeb, Federasi itu merupakan satu kesatuan aksi dengan target utama penumpasan Gerakan 30 September (PKI), yang diberi nama Kesatuan Aksi Mahasiswa Indonesia (KAMI),” terang Marwati Djoened Poesponegoro dalam buku Sejarah Nasional Indonesia Jilid IV (2008).