Curiosity Berhasil Capai Wilayah Tujuannya di Mars Setelah 10 Tahun

JAKARTA - Penjelajah Planet Mars,  Curiosity,  telah mencapai wilayah dari tujuan misinya selama 10 tahun, Gunung Sharp. Lokasi itu sangat penting untuk melakukan eksplorasi Planet Merah karena dapat memberi para ilmuwan gambaran seperti apa iklim di Mars.

Gunung Mars atau disebut juga wilayah asin diperkaya dengan mineral asin. Oleh karena itu, mineral di wilayah ini dapat memberi petunjuk kepada para ilmuwan tentang bagaimana dan mengapa iklim Mars berubah dari lebih mirip Bumi menjadi seperti sekarang ini.

"Para ilmuwan berhipotesis bahwa miliaran tahun yang lalu, sungai dan kolam meninggalkan mineral saat air mengering," ungkap NASA.

Mineral itu awalnya ditemukan oleh NASA Mars Reconnaissance Orbiter bertahun-tahun sebelum Curiosity mendarat di Mars dan kedatangan penjelajah di wilayah ini sangat diharapkan.

Namun, batuan tajam dapat merusak roda Curiosity, pasir juga memiliki risiko yang sama besarnya, berpotensi menyebabkan rover macet jika roda kehilangan traksi. Untuk itu, penjelajah perlu berhati-hati di wilayah ini.

Melansir ZDNet, Jumat, 21 Oktober, diketahui, Gunung Sharp memiliki medan sangat berbahaya, termasuk Paraitepuy Pass yang berpasir, meliuk-liuk di antara bukit-bukit tinggi menghalangi pandangan robot penjelajah ke langit.

Artinya, penjelajah harus berhati-hati tentang di mana ia dapat mengarahkan antenanya ke Bumi dan berapa lama ia dapat berkomunikasi dengan pengorbit di atas kepala.

Butuh waktu lebih dari sebulan bagi penjelajah untuk menavigasi medan dan mencapai tujuannya. Setelah tiba, penjelajah harus menemukan berbagai jenis batuan dan tanda-tanda air masa lalu, termasuk nodul bertekstur popcorn dan mineral asin, seperti magnesium sulfat, kalsium sulfat, dan natrium klorida.

"Kami akan mendapatkan gambar baru setiap pagi dan kami sangat kagum. Punggungan pasirnya sangat indah. Anda melihat jejak penjelajah kecil yang sempurna di atasnya. Dan tebingnya indah, kami benar-benar dekat dengan dinding," ujar koordinator operasi sains Curiosity, Elena Amador-Prancis.

Untuk sampel bor ke-36 misi, NASA memilih batu yang dijuluki Canaima. Lengan setinggi tujuh kaki Curiosity akan menampung bor putar perkusi yang menghancurkan sampel batuan untuk dianalisis.

Canaima terbukti menjadi batu yang ideal untuk dibor karena batu lain terlalu keras untuk dihancurkan oleh bor karena patahan yang aus pada lengan.

Para ilmuwan misi berharap untuk mempelajari sampel tersebut dengan instrumen Kimia dan Minerologi (CheMin) serta Analisis Sampel di instrumen Mars (SAM).