JAKARTA - Market aset kripto di Indonesia terus mengalami pertumbuhan dari sisi jumlah investor, meski terjadi crypto winter atau jatuhnya nilai kripto. Pertumbuhan ini kemudian mendorong untuk Indonesia masuk jajaran teratas market kripto global.
Data dari Bappebti mencatat bahwa jumlah investor kripto yang telah terdaftar hingga September 2022 mencapai 16,3 juta pelanggan dengan rata-rata peningkatan jumlah pelanggan terdaftar sekitar 692 ribu setiap bulannya.
Sementara, nilai transaksi perdagangan kripto di Indonesia, pada Januari-September 2022 tercatat Rp266,9 triliun atau turun 57,8 persen dibandingkan periode yang sama pada 2021.
Ketua Umum Asosiasi Pedagang Aset Kripto Indonesia (ASPAKRINDO), Teguh Kurniawan Harmanda, melihat pasar kripto dalam negeri masih punya kesempatan yang besar untuk terus tumbuh.
Menurutnya, saat ini semakin banyak individu yang tertarik untuk berinvestasi di ruang kripto dan blockchain, meskipun mereka kurang familiar dengan aset digital.
"Pertumbuhan jumlah investor kripto dalam negeri terus meningkat, walau market sedang lesu. Artinya banyak individu yang mulai tertarik dengan dunia investasi kripto dan blockchain,” kata pria yang akrab disapa Manda, dalam pernyataan yang diterima VOI, Jumat, 21 Oktober.
"Tapi analisa kami, mereka masih banyak yang sepenuhnya paham soal aset digital ini, maka diperlukan program edukasi yang berkelanjutan," ujar Manda melanjutkan.
BACA JUGA:
Masuk Jajaran Pasar Kripto Global
Dalam laporan Toluna, Manda menjelaskan, Indonesia diproyeksikan masuk dalam jajaran market kripto teratas global dalam 6 bulan ke depan. Karena menurutnya, Indonesia digolongkan sebagai negara berkembang yang memiliki sentimen positif terhadap aset kripto, dibanding negara maju.
"Dalam laporan itu Indonesia disebutkan akan lebih kuat untuk mengembangkan industri kripto. Pasalnya, orang-orang di pasar negara berkembang, seperti Indonesia terus memiliki sentimen yang lebih optimis mengenai kripto," jelasnya.
Negara lain yang diproyeksikan mengalami kenaikan market kripto bersama dengan Indonesia adalah Thailand, UEA, India, Filipina, dan Brasil.
"Riset ini diharapkan dapat memberi awal yang baik dalam memahami masa depan kripto dan bagaimana pelaku usaha di industri ini dapat memainkan peran yang relevan dalam lanskap digital yang terus berubah ini," pungkas Manda.