JAKARTA - Di tengah ramainya isu investasi bodong, PT Inter Pan Pasific Futures justru menerima penghargaan Museum Rekor Dunia Indonesia (MURI).
Perusahaan bidang jasa keuangan itu diganjar Rekor MURI untuk pialang berjangka yang memiliki volume transaksi tertinggi selama lima tahun berturut-turut.
"PT. Interpan Pasific Futures ini sudah terdaftar oleh Bappebti. Legalitas Bappebti membuktikan Interpan sangat serius menjalani perusahaan pialang berjangka," kata Andre mewakili tim verifikasi Rekor MURI saat penyerahan sertifikat kepada Direktur Utama PT. Interpan Pasific Futures, Jusuf Iskandar Luhut di Galeri MURI, Jakarta, Selasa (18/10/2022).
Interpan Pasific Futures terdaftar di Badan Perdagangan Berjangka Komoditi (Bappebti) dengan nomor izin
427/Bappebti/SI/VII/2004 juga merupakan anggota Bursa Berjangka Jakarta (BBJ) dan anggota PT Kliring Berjangka Indonesia dengan nomor izin 27/AK/KBI/9/2004.
Jusuf menjelaskan rekor ini berdasarkan pencapaian Interpan selama kurun waktu 2014-2018. Berturut-turut selama lima tahun itu Interpan mendapatkan penghargaan dari bursa berupa transaksi volume terbanyak. "Pencapaian transaksi kita di 2014 sekitaran 400 ribu lebih (lot), kemudian di 2015 dengan pencapaian 500 ribu lebih, dan 2016, 2017, 2018 berada 700 ribu lebih," paparnya.
Bagi Interpan, lanjut Jusuf, dengan adanya penghargaan MURI ini menjadi sebuah kebanggaan dan citra positif perusahaan di masyarakat luar baik investor yang sudah ada maupun calon nasabah.
"MURI kan bukan satu organisasi tidak jelas, ini milik Indonesia. Dengan MURI memberikan penghargaan tentunya sudah dikonfirmasikan ke pihak-pihak terkait dalam hal ini Bappebti, ada bursa kejelasan dari Interpen, MURI tidak mungkin asal, kita memberikan bukti," tuturnya.
Ia mengakui memang banyak perusahaan yang bergerak
di bidang pialang berjangka seperti Interpan beraktivitas tanpa legalitas. Tapi, ia juga mencermati kaum investor saat ini semakin melek investasi dan hati-hati.
"Seperti kita ketahui yang lagi ramai di Bareskrim, kalau mengambil hikmahnya positif ada juga. Para korban investasi bodong menjadi melek. Sekarang zaman online, jadi banyak sekali korban dari perusahaan tersebut mencari tahu lebih banyak lagi apa bedanya akhirnya mereka menjadi mengerti dan belajar tidak terulang lagi," ucap Jusuf.
BACA JUGA:
Ditanya tips buat para calon investor agar tidak terjebak investasi bodong, Jusuf merasa tergelitik. "Kadang kita lucu, calon-calon korban itu mereka tahu ini bodong. Sekarang zaman teknologi, jadi kita google ketahuan kok ini perusahaan apa, tapi kepengen cepat, kepengen uang gampang itu yang membuat mereka tidak peduli dengan risiko. Ingin mencoba, tadinya berpikir 1-2 kali langsung cabut, ini malah nambah, akhirnya jadi dalam," ungkapnya.
Ancaman resesi ekonomi tengah jadi isu hangat belakangan. Namun, Jusuf berpesan agar potensi itu tidak lantas membuat masyarakat jadi ketakutan yang malah tidak produktif.
"Yang tadinya tidak terimbas jadi terimbas. Isu boleh kita terima, tapi kita harus atur rencana. Saya pikir efek dari resesi ini lebih banyak ke negara-negara Barat. Mudah-mudahan di Asia kita bisa melewati masa-masa sulit ini, kalau kita lihat isu-isu di luar 2023 ini mesti sangat hati-hati boleh tapi jangan terlalu over. Kita harus beraktivitas seperti biasa, kuncinya perekonomian ini harus jalan," tandasnya.