Pasar Saham Loyo: Harga Bitcoin Bangkit, Kripto Jajaran Teratas Bergairah
Ilustrasi. (Foto: Pixabay)

Bagikan:

JAKARTA - Harga mayoritas kripto utama kembali bergairah pada perdagangan Jumat 25 Maret pagi waktu Indonesia, meski di pasar saham global cenderung terkoreksi. Yang naik, salah satunya harga Bitcoin (BTC).

Pada perdagangan Jumat ini, Coinmarketcap mencatat peningkatan harga Bitcoin (BTC). Harga uang kripto Bitcoin yang merupakan cryptocurrency dengan market cap terbesar, berada pada level 44.015,20 dolar AS.

Dalam 24 jam terakhir, harga Bitcoin BTC naik 2,69 persen. Dalam 7 hari perdagangan, harga Bitcoin naik 8,64 persen.

Kemudian disusul harga Ethereum (ETH) yang merupakan market cap terbesar kedua berada di level 3.108,90 dolar AS naik 2,68 persen dalam 24 jam terakhir. Dalam 7 hari perdagangan, harga Ethereum naik 11,72 persen.

Harga Tether (USDT) yang merupakan market cap terbesar ketiga berada di level 1 dolar AS, naik 0,01 persen dalam 24 jam perdagangan. Dalam 7 hari perdagangan, harga Tether/ USDT juga naik 0,01 persen.

Harga Binance Coin (BNB) market cap terbesar keempat di level 413,05 dolar AS naik 1,02 persen dalam 24 jam perdagangan. Selama 7 hari perdagangan, harga Binance Coin naik 6,52 persen.

Harga USD Coin yang merupakan market cap terbesar kelima berada di level 0,9995 dolar AS turun 0,04 persen dari sehari sebelumnya. Selama 7 hari perdagangan, harga USD Coin turun 0,03 persen.

Sementara itu, harga Dogecoin (DOGE) yang populer karena Elon Musk juga naik 3,36 persen dalam 24 jam terakhir menjadi 0,1365 dolar AS. Dalam 7 hari perdagangan, harga Dogecoin naik 17,80 persen.

Harga uang kripto populer lainnya, Shiba Inu (SHIB) naik 1,3 persen dalam 24 jam terakhir menjadi 0,00002472. Dalam 7 hari perdagangan, harga Shiba Inu naik 12,66 persen

Harga Bitcoin makin bergairah

Sementara itu, Bitcoin (BTC) cenderung bertahan di kisaran level 42.000 dolar AS, sedangkan kripto utama lainnya juga cenderung kembali cerah pada hari ini. Sentimen bullish kembali menghampiri pasar kripto, setelah pada awal tahun dihadapi oleh sentimen bearish.

Di lain sisi, kinerja cryptocurrency alternatif (altcoin) yang semakin baik menandakan bahwa selera risiko investor kripto semakin pulih.

Beberapa analis memperkirakan harga kripto utama akan tetap tinggi dalam jangka pendek, menandakan bahwa reli bantuan cenderung akan terjadi dalam jangka pendek.

"Akan ada batas atas harga aset berisiko, tergantung pada seberapa besar kenaikan suku bunga [Federal Reserve]," kata Justin Chuh, trader di Wave Financial, dikutip dari CoinDesk.

Chuh juga menyebutkan bahwa beberapa trader belum memposisikan di harga terendah. Sebaliknya, trader telah melepaskan aset lindung nilai dan menjual kontrak volatilitas karena harga kripto sudah relatif lebih stabil.

Harga kripto yang kembali cerah terjadi di tengah melonjaknya kembali harga minyak mentah dunia pada perdagangan Rabu kemarin hingga hari ini.

Dilansir dari CNBC, ada perdagangan pagi hari waktu Asia, harga minyak jenis Brent melonjak 1,36 persen ke level 123,25 dolar AS per barel, sedangkan harga minyak jenis West Texas Intermediate (WTI) melesat 1,08 persen ke level 116,17 dolar AS per barel.

Harga minyak telah bergejolak selama berminggu-minggu sejak agresi militer Rusia ke Ukraina karena investor menilai adanya dampak perang terhadap pasokan minyak dunia, apalagi dengan adanya sanksi ekonomi dari Barat terhadap Rusia.

Presiden Ukraina, Volodymyr Zelensky meminta negara-negara lain untuk memberi tekanan terhadap Rusia dengan mengklaim konflik telah berada di jalan buntu. Dengan situasi demikian, investor aktivis terkenal, Carl Icahn memperkirakan ada potensi resesi ekonomi di AS.

Di lain sisi, cerahnya pasar kripto juga terjadi di tengah masih menguatnya imbal hasil (yield) obligasi pemerintah AS (US Treasury) bertenor 10 tahun yang menjadi acuan pasar.

Pada penutupan perdagangan kemarin, yield Treasury tenor 10 tahun melonjak mencapai level 2,41 persen, yang menjadi level tertinggi sejak Mei 2019.

Kenaikan terjadi sejak bank sentral AS (Federal Reserve/The Fed) menaikkan suku bunga acuan sebesar 25 basis poin (bp) menjadi 0,25-0,5 persen. Hal itu merupakan kenaikan suku bunga acuan untuk pertama kali.

The Fed membuka peluang kenaikan suku bunga acuan sebesar 50 bp dan mengindikasikan kenaikan enam kali di tahun ini. Pada Senin lalu, Ketua The Fed Jerome Powell kembali menyatakan bahwa akan mengambil tindakan agresif terhadap inflasi.