JAKARTA - Harga Bitcoin (BTC) berhasil bangkit dari penurunan yang disebabkan oleh pelemahan saham-saham AS pada hari Rabu kemarin. Tadi pagi, harga BTC mendekati level $44.000 (Rp681,56 juta), naik 2,51persen dalam 24 jam terakhir.
Saham-saham AS anjlok pada Rabu 20 Desember kemarin, dengan indeks S&P 500 ditutup 1,42persen lebih rendah. Penurunan ini memicu aksi jual di pasar aset berisiko, termasuk Bitcoin dan mata uang kripto lainnya. Akibatnya, banyak token utama yang mengalami penurunan tajam.
Meski sempat terpuruk, Bitcoin langsung bangkit lagi. Kurang dari 24 jam kemudian, BTC kembali ke zona hijau dan diperdagangkan pada $43.904 (Rp679,35 juta) pada saat artikel ini ditulis, menurut data CoinMarketCap. Token lainnya juga mengikuti tren positif, seperti SOL yang naik 13,51persen dalam 24 jam terakhir.
Pemulihan Bitcoin dan mata uang kripto lainnya juga berdampak pada kapitalisasi pasar kripto global. Pada hari Rabu, kapitalisasi pasar kripto mendekati $1,7 triliun (Rp26,33 kuadriliun), menurut data CoinMarketCap. Ini menunjukkan adanya aliran dana ke industri kripto.
BACA JUGA:
Investor Masih Optimis
Kendati begitu, ada beberapa faktor yang membuat trader tetap optimis terhadap Bitcoin. Salah satunya adalah harapan akan disetujuinya exchange-traded fund (ETF) Bitcoin Spot di AS. Jika hal ini terwujud, permintaan terhadap Bitcoin diperkirakan akan meningkat, terutama dari lembaga-lembaga keuangan.
Selain itu, ada juga acara halving Bitcoin yang akan berlangsung pada April 2024. Halving adalah pengurangan separuh jumlah Bitcoin yang dihasilkan setiap blok penambangan. Momentum ini kerap menjadi pemicu kenaikan harga Bitcoin dalam jangka panjang.
Dengan demikian, Bitcoin tampaknya siap untuk reli di tahun 2024. Sementara untuk jangka pendek, Bitcoin mungkin masih akan mengalami konsolidasi setelah reli sebulan terakhir. Hal ini berarti Bitcoin mungkin tidak akan bergerak signifikan selama liburan akhir tahun, terutama libur natal dan tahun baru.