JAKARTA - Bitcoin, mata uang kripto paling populer di dunia, baru-baru ini mengalami penurunan harga yang signifikan. Pada saat pasar kripto secara keseluruhan mengalami penurunan, harga Bitcoin sempat merosot di bawah $41.000 (Rp638.210.000) ketika para trader mulai mengambil keuntungan dari reli BTC yang berlangsung belakangan ini.
Aset kripto terbesar berdasarkan kapitlaisasi pasar ini mengalami anjlok hingga 7,5% sebelum perlahan pulih. Harga BTC diperdagangkan sekitar 4% lebih rendah pada hari Senin di level $42.000 (Rp655.620.000). Dalam kurun 24 jam, Bitcoin turun sekitar 7,5%, mencapai $40.300 (Rp629.063.000) sebelum merangkak ke level $42.000.
Penurunan BTC juga berdampak pada aset kripto lain (altcoin) termasuk Ethereum (ETH) sempat merosot ke level $2.170 (Rp33.871.700) sebelum kembali naik menjadi $2.230 (Rp34.761.300). Kemudian Solana (SOL) turun menjadi $66 (Rp1.030.260) sebelum pulih ke $70,88 (Rp1.106.136,80). SOL anjlok 4,4 persen dalam 24 jam terakhir.
BACA JUGA:
Penurunan ini terjadi dalam baberapa jam terakhir. Pasar kripto secara umum mengalami penurunan signifikan dengan anjloknya sejumlah token, termasuk FLOW, CRO, APETHETA, XTZ, NEO, TON, KAVA, dan PYTH, mengalami penurunan lebih dari 10% dalam 24 jam terakhir.
Data Coinglass menunjukkan bahwa dalam 12 jam terakhir, terjadi likuidasi lebih dari $341,20 juta (Rp5.324.712.000.000), menyebabkan likuidasi posisi panjang sebesar $305,95 juta (Rp4.774.779.500.000). Bitcoin dan Ether terutama terpengaruh, dengan lebih dari $90 juta (Rp1.404.900.000.000) posisi Bitcoin dan $74,75 juta (Rp1.166.607.500.000) posisi Ether likuidasi, memimpin peta panas likuidasi.
Di tengah menurunnya pasar kripto, baru-baru ini CoinCu melaporkan bahwa regulator AS berpotensi menyetujui Exchange-Traded Funds (ETF) Bitcoin spot. Pasalnya, piahk SEC dan pemohon telah mengadakan sejumlah pertemuan untuk membhas detail teknis pengajuan ETF Bitcoin spot. Para ahli berpendapat ETF Bitcoin kemungkinan mendapat persetujuan antara 5 hingga 10 Januari 2024.