DPR Semprot PSSI Gelar Fun Football: Tidak Pantas 'Merayakan' Tragedi di Tengah Kuburan Korban Kanjuruhan yang Belum Kering

JAKARTA - DPR menilai tidak masuk akal PSSI bersama FIFA menggelar dan menikmati acara Fun Football di tengah duka Tragedi Kanjuruhan yang belum juga reda.

Dalam acara itu, Ketua Umum PSSI Mochamad Iriawan bersama Presiden FIFA Gianni Infantino merasakan kegembiraan laiknya seperti bermain bola pada umumnya. Pertandingan itu digelar di Komplek Gelora Bung Karno, Stadion Madya, Jakarta, Selasa 18 Oktober malam.

“Alih-alih bersimpati, tapi malah seolah fun terhadap musibah yang baru saja terjadi. Inikan tidak masuk dalam logika publik,” ujar Wakil Ketua Komisi X DPR Abdul Fikri Faqih kepada wartawan, Jumat, 21 Oktober.

Dia menyayangkan langkah PSSI dan FIFA. Padahal, kata Fikri, Istana dan Presiden FIFA Gianni Infantino sudah membangun rangkaian narasi yang baik.

Kawasan Stadion Kanjuruhan di Kabupaten Malang usai tderby Jatim 2022 merengut 32 nyawa. (Antara)

Bahkan, Gianni dalam jumpa pers resmi di Istana bersama presiden Joko Widodo, secara simpatik menyampaikan rasa simpati dan duka mendalam atas jatuhnya korban jiwa di Kanjuruhan.

“Namun pernyataan tersebut menjadi klise dan sangat kontras. Karena hanya berselang beberapa jam setelahnya, para petinggi PSSI bersama Presiden FIFA dan jajarannya bersuka cita dalam ajang fun football,” ungkap Fikri.

Oleh karena itu, politikus PKS ini menilai wajar jika publik melihat keceriaan Gianni dan Iwan Bule sebagai ironi. Sebab, bagaimana bisa menyampaikan perasaan duka dengan bersenang-senang atau kegiatan yang ‘fun’.

“Ya tidak masuk di logika publik, dan saya rasa di manapun seperti itu,” kata Fikri.

Pimpinan komisi yang membidangi keolahragaan itu pun mempertanyakan, mengapa panitia dan PSSI tidak menggelar kegiatan sosial yang lebih menjunjung tinggi rasa simpatisme sesuai dengan pernyataan duka yang disampaikan.

“Jauh lebih simpatik, bila acara digelar dengan mengunjungi TKP stadion kanjuruhan, ziarah ke makam korban, atau membesuk para korban luka berat yang hingga detik ini masih dirawat di RS," jelas Fikri.

Apalagi, tambah Fikri, Tragedi Kanjuruhan bisa dikategorikan sebagai salah satu tragedi kemanusiaan terbesar dalam sejarah sepakbola dunia. Hingga saat ini, total 133 orang meninggal dunia atas tragedi itu, 44 di antaranya anak-anak dan balita.

“Saya melihatnya memang tidak pantas ‘merayakan’ tragedi ini dengan cara seperti itu, di tengah kuburan para korban yang belum kering, dan beberapa korban yang masih berjuang untuk hidupnya di RS,” pungkas Fikri.

Tragedi Kanjuruhan terjadi usai laga Arema FC vs Persebaya Surabaya pada Sabtu 1 Oktober malam. Dalam peristiwa itu, korban berjumlah 708 orang. Dengan rincian korban sebanyak 133 orang meninggal dan 575 luka-luka.