Dituding 'Bocorkan' Rahasia Pertahanan Nasional, Tiga Wartawan Finlandia Diadili

JAKARTA - Tiga wartawan dari harian terbesar Finlandia diadili pada Hari Kamis dengan tuduhan menerbitkan intelijen pertahanan rahasia, terancam 18 bulan hukuman percobaan jika terbukti bersalah.

Jaksa mengklaim dua jurnalis Helsingin Sanomat dan mantan editor mereka, mengungkapkan rahasia pertahanan nasional dalam sebuah laporan yang diterbitkan pada 2017.

Laporan tersebut, berjudul "Tempat paling rahasia di Finlandia", mengungkapkan lokasi dan tugas kasar dari unit intelijen pasukan pertahanan, pada saat parlemen sedang memperdebatkan apakah akan memperluas kekuasaannya untuk memantau data pribadi dalam jaringan digital.

Menurut jaksa, pasal tersebut memuat informasi berbahaya yang publikasinya bertentangan dengan undang-undang.

Ini menjadi sorotan, lantaran Finlandia terkenal dengan kebebasan persnya dan kasus serupa belum pernah terjadi sebelumnya.

Pemimpin Redaksi Helsingin Sanomat Kaius Niemi mengatakan, para jurnalis tidak melanggar hukum.

"Kami dapat menunjukkan untuk setiap kalimat yang diterbitkan, bahwa informasi tersebut dapat ditemukan di internet atau di buku-buku sebelum publikasi artikel kami. Informasi publik tidak dapat diklasifikasikan," katanya kepada Reuters, seperti dikutip 26 Agustus.

Ketiga jurnalis menyangkal melakukan kesalahan.

Diketahui, Finlandia telah bertahun-tahun menjadi salah satu negara teratas dalam peringkat kebebasan pers global yang diterbitkan setiap tahun oleh 'Reporters Without Borders'.

Tapi, itu merosot ke posisi kelima tahun ini, sebagian karena kasus pengadilan, kata cabang asosiasi jurnalis Finlandia.

Sementara itu, para wartawan tidak hadir pada sesi persiapan di pengadilan distrik Helsinki pada Hari Kamis.

Terpisah, Hanne Aho, ketua Persatuan Jurnalis Finlandia, mengatakan kasus ini adalah yang pertama.

"Sungguh luar biasa bahwa jurnalis Finlandia dituduh melakukan pengkhianatan tingkat tinggi," ucapnya kepada Reuters.

Untuk diketahui, di bawah hukum Finlandia, merupakan kebiasaan untuk menyebut terdakwa dalam kasus pidana, hanya jika mereka dinyatakan bersalah.