Rizieq Shihab dan Pendukungnya Harus Sadar Protokol Kesehatan
JAKARTA - Setelah tiba di Indonesia dari Arab Saudi sejak Selasa, 10 November, Imam Besar Front Pembela Islam (FPI) Rizieq Shihab menjalankan sejumlah aktivitas seperti menerima tamu, berceramah di kediamannya, hingga melaksanakan kegiatan Maulid Nabi.
Kegiatannya ini mendapatkan sorotan, bukan hanya karena pernyataannya, namun juga Rizieq dan para pendukungnya kerap tidak menerapkan protokol kesehatan pencegahan COVID-19. Padahal sebagai ulama dan tokoh masyarakat yang memiliki massa pendukung, dia diharapkan menjadi teladan dalam melakukan pencegahan terhadap virus ini.
Pentolan FPI ini tercatat pada Kamis, 12 November menghadiri kegiatan Maulid Nabi di Ponpes Al-Haromain Asy-Syarifain, Pondok Rangon, Jakarta Timur. Dari video milik era.id, terlihat Rizieq Shihab, sejumlah ulama, dan para massa yang hadir, tidak menaati protokol kesehatan saat melaksanakan kegiatan tersebut. Selain berkerumun di tempat yang tertutup, mereka tidak menjaga jarak satu sama lain, dan tidak menggunakan masker.
Wakil Gubernur DKI Jakarta Ahmad Riza Patria telah mengingatkan agar pencegahan ini dilakukan jika Rizieq ingin menggelar atau menghadiri acara Maulid Nabi di tengah pandemi COVID-19. Hal ini bertujuan untuk meminimalisir maupun mencegah terjadinya penularan virus di tengah masyarakat.
"Kami tidak melarang apabila Rizieq Shihab menghadiri sejumlah kegiatan Maulid Nabi karena sekarang ini memang sedang (bulan, red) Maulid," kata Riza kepada wartawan di Balai Kota, Jakarta Pusat, Rabu, 11 November.
Dia membandingkan dengan kegiatan serupa yang pernah didatanginya. Kebanyakan acara yang dia hadiri, kata Riza, panitianya menerapkan protokol kesehatan secara ketat. "Saya dua kali ikut (acara, red) Maulid, jumlah (pesertanya, red) dibatasi," tegasnya.
Baca juga:
Rizieq harus ingat pandemi COVID-19 belum terkendali
Epidemiolog dari Universitas Griffith Australia Dicky Budiman mengingatkan siapapun tanpa terkecuali bahwa kondisi pengendalian pandemi COVID-19 di Indonesia belum terkendali dengan baik. Ini bisa dilihat dari masih melajunya angka kasus aktif, tingginya angka kematian, dan masih tingginya angka positivity rate yaitu di angka 14,1 persen. Sehingga, protokol kesehatan menjadi wajib untuk diterapkan bagi siapapun tanpa terkecuali.
"Ini kan artinya laju penyebaran COVID-19 di masyarakat Indonesia tidak hanya di Jakarta dan sekitarnya tapi di seluruh wilayah ini kan masih tinggi dan dalam situasi yang serius. Sehingga para tokoh publik, pejabat publik sebenarnya punya kewajiban moral untuk memberikan teladan, memberikan contoh dalam menerapkan protokol kesehatan," kata Dicky saat dihubungi VOI, Jumat, 13 November.
Dia menyinggung masih rendahnya kepedulian Rizieq dalam menerapkan protokol kesehatan yang tampak ketika dia tidak melakukan karantina mandiri selama 14 hari setelah dirinya tiba dari Arab Saudi 3 hari yang lalu. Padahal, siapapun tanpa terkecuali harusnya menjalankan proses ini meskipun mereka memiliki surat keterangan dinyatakan negatif COVID-19.
Karantina mandiri ini, kata Dicky, menjadi hal yang penting guna menjaga keamanan kesehatan semua pihak baik keluarga dan masyarakat yang ada di sekitarnya dari COVID-19. Sebab, virus ini bisa menjangkiti siapapun tanpa terkecuali dan tidak melihat golongan, agama, kedudukan, dan lain sebagainya.
"Sehingga kalau ada pengabaian tidak melakukan karantina mandiri, mengabaikan protokol kesehatan ini akan terjadi potensi penularan," tegasnya.
Lagipula, kata Dicky, penerapan protokol kesehatan mencegah COVID-19 seperti menggunakan masker, menjaga jarak, dan mencuci tangan setiap saat dengan sabun adalah hal yang mudah untuk dilakukan.
Selain itu, dia juga meminta kepada siapapun baik itu tokoh publik, ulama, dan lainnya harus memiliki kewajiban moral dan memberikan contoh untuk berperan dalam melandaikan kurva COVID-19 yang saat ini belum terlihat melandai.
"Hal ini sebenarnya bisa dilakukan dengan cara yang tidak berat. Semisal, biasakan cuci tangan dan dalam penerapan setiap kegiatan harus melaksanakan protokol kesehatan, kemudian membatasi mobilitas atau keramaian yang sangat tidak urgent, berkegiatan di rumah saja dan online," ungkapnya.
"Ini kalau bisa dilakukan para tokoh ini, mereka akan sangat berkontribusi dalam turut serta dalam tanggung jawab sosial kita melandaikan kurva. Dan malah kalau bisa mereka juga harusnya mengimbau pemerintah pusat untuk memperkuat program pengendalian di 3T (Testing, Tracing, Treatment) ini akan jauh lebih bagus. Tapi setidaknya dimulai dari diri dan keluarganya untuk melakukan keteladanan dalam 3M (Memakai Masker, Menjaga Jarak, Mencuci Tangan)," kata dia.
Sementara, VOI telah mencoba menghubungi pihak FPI untuk melakukan klarifikasi apakah mereka telah melakukan teguran terhadap masyarakat yang hadir dan tidak mengikuti protokol kesehatan guna mencegah COVID-19. Hanya saja, hingga berita ini ditayangkan belum ada jawaban terkait hal ini.