Fobia Ronda Rousey pada Jiplakan Area Intim, Memaksa Perubahan dalam Gaya Berpakaian Petarung Wanita di UFC

JAKARTA - Nama Ronda Rousey dikenal sebagai salah satu petarung wanita terbaik yang pernah tampil di octagon. Tapi, bukan cuma itu, pengaruh mantan petarung UFC yang kini aktif di WWE ini juga berdampak terhadap aspek di luar arena.

Dikutip dari Daily Star, Kamis, Rousey pernah mengungkap dirinya punya fobia terhadap jiplakan area intim atau camel toe. Hal itulah yang kemudian memicu perubahan signifikan terhadap gaya berpakaian saat bertarung di arena.

Fobia Rousey itu juga berpengaruh dalam adaptasi pakaian petarung MMA dan pegulat WWE wanita saat ini. Semua itu bermula ketika Rousey menjalani pertarungan pertamanya melawan Miesha Tate pada 2012.

Setelah itu ia mengungkap pernyataan yang agaknya seperti lelucon terkait fobianya terhadap jiplakan area intim. Saat bertarung dengan Tate, Rousey melakukan perlawanan dengan memasukkan kailnya dari celah belakang kaki lawan untuk mengunci.

“Oh, saya bisa melakukan gerakan itu dari sini (sisi tubuhnya) dengan mudah. Tetapi jika saya melakukannya, saya akan menarik perhatian semua orang, jadi saya harus mencari cara untuk menarik (kaki) keluar agar ini (bagian intim) menghadap ke bawah, bukan menghadap ke arah orang-orang,” katanya dalam sebuah wawancara dengan majalah Rolling Stone.

"Dan setelah itu, kemudian saya memiliki fobia terhadap camel toe (jiplakan bagian intim). Saya bersumpah, setiap kali setelah saya menang, bahkan sebelum saya melepaskan pelindung mulut saya, saya menarik celana saya ke bawah untuk melindunginya,”

“Itu saya lakukan karena saya memiliki fobia camel toe tingkat tinggi. Orang-orang juga bisa saja memperbesar (gambar) di internet dan melakukan segalanya. Itu kemudian selalu jadi hal pertama yang saya lakukan yaitu, memastikan bahwa pakaian tak membuat jiplakan,” kata Rousey.

Untung bagi Rousey, karena fobianya itu dianggap serius dan mendorong raksasa pakaian olahraga, Reebok untuk mencari solusi terhadap kekhawatirannya soal jiplakan area intim.

Rousey bahkan dapat kesempatan terlibat dalam perancangan pembuatan pakaian olahraga yang bisa meminimalisir fobianya.

“Saya pergi ke tempat mereka (Reebok) dan mencoba banyak hal yang berbeda, dan memberitahu mereka hal-hal yang mengganggu saya," kata Rousey.

“Wanita yang bertarung memiliki otot punggung yang lebih besar, dan otot punggung yang keluar di atas bra itu menjengkelkan, dan itu membuat anda harus menggunakan bra yang kuat di bagian leher, tetapi sangat fleksibel,” jelasnya.

Rousey juga menekankan, pakaian olahraga yang nyaman adalah hal paling utama. Tapi pada kesempatan berkunjung ke kantor Reebok, ia lagi-lagi menekankan soal fobianya.

“Hal-hal seperti itu. Saya terus-menerus menyesuaikan celana pendek saya karena mereka (jiplakan area intim) terus-menerus muncul, jadi bagian itu harus dibuat senyaman mungkin pada bagian bawah. Karena saya juga terus-menerus merobek jahitan di bagian yang sama. Pakaian tidak bertahan lama denganku,” kata Rousey.

Setelah kekhawatiran dan fobia Rousey, UFC akhirnya meluncurkan perlengkapan pertarungan yang bekerja sama dengan Reebok untuk UFC 189 pada tahun 2015.

Ketika itu Rousey tidak berkompetisi, tetapi dia mengambil bagian dalam UFC 190 empat bulan kemudian untuk mengalahkan Bethe Correia hanya dalam waktu singkat yaitu 34 detik.