Pasukan Rusia Hujani Kharkiv dengan Roket: 15 Orang Tewas Termasuk Nenek Penyintas Perang Dunia II

JAKARTA - Pasukan Rusia menggempur kota terbesar kedua di Ukraina, Kharkiv dan pedesaan di sekitarnya, mengakibat 15 orang tewas dan belasan lainnya luka-luka dalam serangan sepanjang Selasa dan Rabu.

Serangan Rusia di Kharkiv sepanjang kemarin dan dilanjutkan tadi pagi, adalah yang terburuk selama berminggu-minggu di daerah di mana kehidupan normal telah kembali, sejak Ukraina mendorong pasukan Rusia kembali dalam serangan balasan besar bulan lalu.

“Itu adalah penembakan oleh pasukan Rusia. Itu mungkin beberapa peluncur roket. Dan itu adalah dampak rudal, itu semua dampak rudal," kata Jaksa Kharkiv Mikhailo Martosh kepada Reuters di tengah reruntuhan pondok yang diserang pada Hari Selasa di daerah pedesaan di pinggiran kota, seperti dikutip 22 Juni.

Salah satu korban serangan tersebut adalah wanita. Pekerja medis membawa mayat lansia tersebut keluar dari puing-puing garasi yang terbakar, masuk ke mobil van di dekatnya.

"Dia berusia 85 tahun. Seorang anak perang (Perang Dunia Kedua). Dia selamat dari satu perang, tetapi tidak berhasil melewati yang satu ini," ungkap cucunya Mykyta.

"Tidak ada tempat untuk melarikan diri. Terutama nenek sendiri, dia tidak ingin pergi ke mana pun dari sini," tandasnya.

Pihak berwenang Ukraina mengatakan 15 orang tewas dan 16 terluka pada Selasa dalam penyerangan di wilayah Kharkiv, dengan laporan lebih banyak korban dari serangan semalam dan Rabu pagi.

"Pasukan Rusia sekarang menyerang Kota Kharkiv dengan cara yang sama seperti sebelumnya mereka menyerang Mariupol, dengan tujuan meneror penduduk," terang Penasihat Presiden Ukraina Oleksiy Arestovych dalam pidato video.

"Dan jika mereka terus melakukan itu, kami harus bereaksi, itu adalah salah satu cara untuk membuat kami menggerakkan artileri kami," katanya.

"Idenya adalah untuk menciptakan satu masalah besar untuk mengalihkan perhatian kami dan memaksa kami untuk mengalihkan pasukan. Saya pikir akan ada eskalasi."

Kharkiv menderita hukuman dari penembakan Rusia selama tiga bulan pertama perang, tetapi sebagian besar telah terhindar sejak serangan balasan Ukraina lebih dari sebulan yang lalu.

Diketahui, medan perang utama sekarang berada di selatan di wilayah Donbas, yang coba direbut Moskow atas nama proksi separatisnya. Pasukan Ukraina di Donbas sebagian besar telah menahan serangan Rusia sejauh ini, dengan Moskow hanya membuat kemajuan yang lambat meskipun mengerahkan artileri yang luar biasa di beberapa pertempuran darat terberat di Eropa sejak Perang Dunia Kedua.