Zulkifli Hasan Pernah Dimaki Harrison Ford Soal Kerusakan Hutan Indonesia
JAKARTA - Laju kerusakan hutan Indonesia acap kali mendapatkan sorotan dunia. Komitmen pemerintah dalam melakukan agenda penyelamatan lingkungan hidup tak kunjung serius. Alih-alih aksi nyata, justru agenda empunya kuasa didominasi retorika belaka. Pesohor Dunia, Harrison Ford pun geram. Amarahnya jadi tak tertahan ketika berjumpa Menteri Kehutanan di zaman Pemerintahan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono, Zulkifli Hasan. Pemeran Indiana Jones itu mencium adanya gelagat tak baik Menhut. Antara lain perihal ketidakadilan, ilegalitas, dan korupsi.
Tiada yang menampik laju kerusakan hutan di Indonesia cukup tinggi. Narasi itu diperkuat dengan atensi pencatat rekor dunia, The Guinness Book of World Records. Mereka mencatat Indonesia memegang rekor sebagai negara dengan laju kerusakan hutan tercepat di dunia pada 2008.
Catatan itu tak main-main. Indonesia setiap tahunnya tercatat kehilangan 1,8 juta hektar hutan. Penghargaan rekor dunia jelas bukan sesuatu yang membanggakan. Indonesia harusnya malu. Sebab, secara keseluruhan kondisi hutan Indonesia berada dalam kondisi terancam. Pun perusakan hutan digadang-gadangkan akan mengisi catatan kelam Indonesia di tahun-tahun yang akan datang.
Pemerintah Indonesia sebenarnya tak tutup mata. Empunya kuasa sadar dengan kerusakan hutan yang terjadi Nusantara. Apalagi dengan adanya pembukaan lahan untuk sawit dalam skala besar. Keseriusan pemerintah pun jadi masalah utama. Pengamat Lingkungan Hidup, Yani Sagaroa angkat bicara. Ia melihat pemerintah kerap menglorifikasikan laju kerusakan hutan yang menurun.
Glorifikasi itu dibangga-banggakan dalam beberapa kali di forum tingkat tinggi lingkungan. Bak sebuah selebrasi keberhasilan. Nyatanya, orang-orang yang sehari-hari melihat langsung kondisi di lapangan, justru menemukan fakta yang berbeda. Laju kerusakan hutan meningkat. Karenanya, Yani menyebut agenda penyelamatan lingkungan yang digaungkan pemerintah tak lebih dari retorika belaka.
“Saya liat komitmen pemerintah hanya retorika belaka saja. Sering kali kita mengambil contoh umpamanya agenda-agenda global yang sekarang sedang ramai terutama dalam konferensi tingkat tinggi lingkungan hidup, untuk penurunan emisi yang dilakukan menggunakan skema pendanaan dari luar atau dengan kemampuan sendiri. Itu kan boleh jadi hanya basa-basi saja, karena agenda yang dibicarakan lebih pada nuansa bisnisnya yang sangat dominan dalam proses penyelamatan lingkungan hidup.”
“Kita melihat kemampuan Indonesia dalam melakukan penyelamatan lingkungan hidup kecil. Apalagi secara laju perusakannya cukup tinggi. Kalau saya mengambil contoh di Nusa Tenggara Barat (NTB) saja. NTB jadi cerminan daerah dengan tingkat kehancuran hutan yang tinggi dan cepat. Itu mencapai mencapai 300 ribu lebih hektar per tahun. Maka untuk melakukan proses pemulihan, akan butuh waktu cukup lama. Puluhan tahun mungkin prosesnya. Bandingkan kalau itu diupayakan secara nasional. Tentu sangat sulit. Apalagi keuangan kita ditopang pinjaman luar negeri,” ungkap Yani Sagaroa yang juga Mantan Dewan Nasional Wahana Lingkungan Hidup Indonesia (WALHI), kepada VOI, 16 Juni.
Harrison Ford Berang
Dunia pun pasang mata dengan laju kerusakan hutan yang terjadi di Indonesia. Aktor Hollywood, Harrison Ford salah satunya. Ia pun ikut tergabung dalam pembuatan film documenter Years of Living Dangerously (2014). Film itu dibuat berfokus memuat perhatian pada pemanasan global. Indonesia jadi salah satu negara yang diamati.
Di dalam film itu, Ford terlihat sedang naik helikopter melihat kerusakan hutan di Taman Nasional Tesso Nilo, Riau. Lewat mata telanjang Ford menyaksikan ribuan hektar hutan di sekitar taman nasional gundul. Ia menduga ribuan hektar lahan hutan produksi itu berasal karena aksi tak bertanggung jawab penguasa.
Ford pun tak dapat menyembunyikan kekesalannya. Ia pun tak sabar ingin segera berjumpa dengan Menteri Kehutanan Indonesia, Zulkifli Hasan. Ia kecewa sekali dengan temuannya. Ia berharap empunya kuasa dapat menanggulangi masalah perusakan hutan dengan segera. Ford pun berucap: I can't wait to see the minister of forestry! I can't wait!
Hari yang tunggu-tunggu akhirnya tiba. 9 September 2013, Ford mendatangi kantor Kementerian Kehutanan. Ia pun melakukan wawacaranya di ruangan kerja Zulkifli Hasan atau yang akrab disapa Zulhas. Ford berpakaian rapi dengan jas. Sedang Zulhas memakai pakaian dinasnya.
Ford memulai wawancara tanpa basa-basi. Ford langsung menceritakan temuannya di lapangan tentang kerusakan hutan di Indonesia. Aktor Indiana Jones itu mengungkap dalam 15 tahun terakhir, 80 persen hutan Indonesia telah dieksploitasi secara komersial.
Ia pun telah mewawancarai banyak masyarakat dan mendapatkan jawaban. Semuanya selalu bermuara pada relasi kuat antara bisnis dan politik di Indonesia. Zulhas tak diam saja. Ia menyebut Indonesia memang sedikit tertinggal. Dalam artian, Indonesia baru belajar demokrasi dan butuh waktu untuk dapat seimbang dalam menjaga lingkungan.
Jawaban itu tak memuaskan dahaga ingin tahu Ford. Ia terus melayangkan pertanyaan lainnya. Ford mempertanyakan komitmen pemerintah untuk menggalakkan agenda penyelamatan lingkungan hidup. Zulhas menjawab sekenanya. Pun saat Ford menyebut penjelajahannya ke Taman Nasional Tesso Nilo, Zulhas sedikit tertawa. Dan tawa itu membuat Ford berang: it’s not funny.
“Ini tidak lucu. Hanya 18 persen yang tersisa. Kami melihatnya, ada jalanan-jalanan baru, jalanan baru yang ilegal, penebangan hutan, pepohonan berserakan di tanah, terbakar di tempat mereka jatuh. Ini sangat memprihatinkan, sangat menyedihkan, Anda telah melihatnya, Anda menjanjikan resolusinya,” ungkap Ford.
Aktor kelahirannya Chicago itu mengungkapkan bahwa ia telah melihat fakta di lapangan bahwa agenda penyelamatan hutan hanya bualan pemerintah saja. Ford makin berang ketika Zulhas mengungkap bahwa yang terjadi di Indonesia berbeda dengan yang ada di Amerika.
Zulhas lagi-lagi tak mau kalah. Ia mengungkap pemerintah telah berusaha untuk menyelesaikan masalah ini setiap hari. Alhasil, Ford segera meminta Zulhas untuk menghentikan tindakan perusakan hutan dengan segera. Jauh panggang dari api. Jawaban yang diterima tak memuaskan hati Ford.
“Baik, saya melihat kemakmuran memang sedang sangat populer Indoensia. Jauh di dasar itu, saya lihat di sini ada ketidakadilan, ada ilegalitas, dan ada korupsi. Terima kasih atas waktunya,” tutup Harrison Ford.
Baca juga:
- VOC Larang Penebangan Pohon di Priangan dalam Sejarah Hari Ini, 16 Juni 1722
- Simbol Ketidakadilan Penegak Hukum: Kapolri Jenderal Timur Pradopo Dihadiahi 1.000 Sandal Jepit
- Sejarah Hari Ini, 15 Juni 1979: Bung Hatta Terakhir Berpidato di Forum, Berisi Kritikan Terhadap Orde Baru
- Ali Sadikin dan Presiden Soeharto Buka Hajatan Jakarta Fair yang Kedua dalam Sejarah Hari Ini, 14 Juni 1969