Sebut 'Kekebalan' Iran Telah Berakhir, PM Israel Naftali Bennett: Mereka akan Membayar Penuh
JAKARTA - Perdana Menteri Israel Naftali Bennett mengatakan Iran tidak akan luput dari hukuman karena menghasut serangan melalui kuasanya pada Hari Minggu, berbicara sepekan setelah pembunuhan di Teheran terhadap seorang kolonel pasukan elite Iran yang disangkakan terhadap Israel.
Hassan Sayad Khodai, yang dituduh oleh Israel merencanakan serangan terhadap warganya di seluruh dunia, ditembak mati di kemudi mobilnya oleh dua orang yang mengendarai sepeda motor.
Kantor berita semi-resmi Iran ISNA mengatakan, anggota jaringan dinas intelijen Israel telah ditemukan dan ditangkap oleh Pengawal segera setelah penembakan di Teheran.
Taktik tersebut menggemakan pembunuhan sebelumnya di Iran yang berfokus pada ilmuwan nuklir dan secara luas disematkan pada Mossad. Setidaknya enam ilmuwan dan akademisi Iran telah terbunuh atau diserang sejak 2010, beberapa dari mereka oleh penyerang yang mengendarai sepeda motor, dalam insiden yang diyakini menargetkan program nuklir Iran yang disengketakan, yang menurut Barat bertujuan untuk memproduksi bom.
Kantor Perdana Menteri Bennett, yang mengawasi badan intelijen Mossad, menolak mengomentari pembunuhan itu.
Namun, dalam pidato siaran kepada para menterinya pada Hari Minggu, PM Bennett menuduh Iran berulang kali menargetkan kepentingan Israel.
"Selama beberapa dekade, rezim Iran telah mempraktekkan terorisme terhadap Israel dan wilayah melalui proxy, utusan, tetapi kepala gurita, Iran sendiri, telah menikmati kekebalan," tukas PM Bennett seperti melansir Reuters 30 Mei.
"Seperti yang telah kami katakan sebelumnya, era kekebalan rezim Iran telah berakhir. Mereka yang membiayai teroris, mereka yang mempersenjatai teroris dan mereka yang mengirim teroris akan membayar harga penuh," tambahnya.
Diberitakan sebelumnya, Iran telah berjanji untuk membalas kematian Khodai dan menuding Israel, dengan Presiden Ebrahim Raisi mengatakan tidak ragu dan mendukung langkah tersebut.
Presiden Ebrahin Raisi memastikan Iran akan membalas kematian seorang Kolonel Korps Pengawal Revolusi (IRGC) Sayd Khodai, sehari setelah ia ditembak mati oleh dua orang yang menggunakan motor di Teheran.
"Saya telah setuju agar pasukan keamanan kami secara serius menindaklanjuti masalah ini, dan saya tidak ragu bahwa balas dendam atas darah murni martir kami akan diambil," ujar Presiden Raisi.
Baca juga:
- Calon Komandan Pasukan NATO Pilihan Presiden Biden: Aksesi Finlandia dan Swedia Perkuat Aliansi, Geser Geometri Lawan Rusia
- Tantang Israel Soal Pawai Bendera di Yerusalem, Hamas: Mereka Dapat Menghindari Perang Jika Dihentikan
- Sindir Garis Pertahanan NATO Bisa Dipindahkan ke Laut China Selatan, Menlu Rusia: Aliansi Global akan Gagal
- Pacaran saat SMA dan Menikah 24 Tahun, Suami Guru yang Tewas dalam Penembakan SD di Texas Meninggal saat Menyiapkan Pemakaman sang Istri
Sementara itu, juru bicara Korps Pengawal Revolusi Iran Ramazan Sharif mengatakan, pembunuhan itu hanya memperkuat tekad pasukannya untuk menghadapai musuh-musuh Iran, menurut kantor berita semi-resmi Mehr.
"Kemartiran Kolonel Khodai memperkuat tekad Pengawal Revolusi untuk mempertahankan keamanan, kemerdekaan dan kepentingan nasional dan untuk menghadapi musuh bangsa Iran," ujarnya.
"Para preman dan kelompok teroris yang berafiliasi dengan penindasan global dan Zionisme akan menghadapi konsekuensi atas tindakan mereka," tandasnya.