Tegaskan Tidak Terikat dengan Kesepakatan Nuklir, Israel Siap Tingkatkan Konfrontasi dengan Iran
PM Israel Naftali Bennett. (Wikimedia Commons/Amit Agronov/Israeli Defence Forces Spokesperson's Unit.)

Bagikan:

JAKARTA - Perdana Menteri Israel Naftali Bennett mengisyaratkan kesiapan pada hari Selasa untuk meningkatkan konfrontasi Israel dengan Iran, menegaskan kembali negaranya tidak akan terikat oleh kesepakatan nuklir baru Iran dengan kekuatan dunia.

Babak baru negosiasi tidak langsung akan dimulai pada 29 November, berencana menghidupkan kembali Kesepakatan Nuklir 2015 antara Iran dengan kekuatan utama dunia, dengan Amerika Serikat menarik diri pada tahun 2018 di bawah mantan Presiden Donald Trump.

Sementara, Iran yang menyangkal mencari senjata nuklir, merespon keluarnya Amerika Serikat dan sanksi yang dijatuhkan dengan memperluas pengayaan uranium. Kendati demikian, PM Bennett yang mulai berkuasa Juni lalu menggambarkan Iran dalam pidatonya berada dalam tahap paling maju dalam program nuklirnya.

Kendati sebelumnya ia mengatakan pemerintahannya akan terbuka untuk kesepakatan nuklir baru dengan pembatasan lebih ketat terhadap Iran, PM Bennett menegaskan kembali otonomi Israel untuk mengambil tindakan terhadap musuh bebuyutannya tersebut.

"Kami menghadapi masa-masa yang rumit. Ada kemungkinan bahwa akan ada perselisihan dengan teman-teman terbaik kami," ujarnya dalam konferensi televisi yang diselenggarakan oleh Universitas Reichman, mengutip Reuters 23 November.

"Bagaimanapun, bahkan jika ada kesepakatan kembali, Israel tentu saja bukan pihak dalam kesepakatan nuklir itu dan Israel tidak diwajibkan oleh kesepakatan itu," tandas PM Bennett.

PM Bennett menyuarakan frustrasi dengan apa yang dia gambarkan sebagai bentrokan skala kecil Israel dengan sekutu gerilya Iran.

"Iran telah mengepung Negara Israel dengan rudal, sementara mereka duduk dengan aman di Teheran. Mengejar teroris du jour yang dikirim oleh Pasukan Qods (rahasia Iran) tidak membuahkan hasil lagi. Kita harus mencari petugas operator," tukas PM Bennett.

Menghentikan perang yang secara eksplisit mengancam, PM Bennett mengatakan teknologi siber dan apa yang dia anggap sebagai keuntungan Israel sebagai demokrasi dan dukungan internasional dapat diterapkan.

"Iran jauh lebih rentan daripada yang diperkirakan secara umum," tandasnya.