Bagikan:

JAKARTA - Perdana Menteri Naftali Bennett mengatakan pada Hari Senin, Israel tidak akan terikat oleh kesepakatan nuklir dengan Iran, terus menganggap dirinya bebas untuk bertindak tanpa batasan terhadap musuh bebuyutannya jika perlu.

Pembicaraan tidak langsung antara Iran dan Amerika Serikat tentang penyelamatan Kesepakatan Nuklir Iran 2015 dilanjutkan seminggu lalu di Wina. Menteri Luar Negeri Prancis mengatakan pada Hari Jumat bahwa kemajuan telah dibuat, meskipun waktu hampir habis.

Iran menolak untuk bertemu langsung dengan pejabat AS, yang berarti pihak lain harus menjembatani komunikasi kedua belah pihak. Amerika Serikat telah berulang kali menyatakan frustrasi pada format ini, dengan mengatakan itu memperlambat proses, dan para pejabat Barat masih mencurigai Iran hanya bermain-main dengan waktu.

"Sehubungan dengan pembicaraan nuklir di Wina, kami benar-benar prihatin. Israel bukan pihak dalam perjanjian tersebut," ujar PM Bennett dalam sambutan publik pada pengarahan untuk komite parlemen, mengutip Reuters 10 Januari.

"Israel tidak terikat dengan apa yang akan tertulis dalam perjanjian, jika ditandatangani, dan Israel akan terus mempertahankan kebebasan penuh untuk bertindak di mana saja kapan saja, tanpa batasan," tegasnya.

Israel telah meminta kekuatan dunia untuk mempertahankan opsi militer yang kredibel terhadap Iran, sementara mereka mengejar kesepakatan.

Untuk diketahui, beberapa ahli telah mempertanyakan apakah Israel, sendiri, memiliki kemampuan militer untuk menghentikan apa yang dikatakannya sebagai pencarian senjata nuklir Iran.

Sementara, Pemerintah Iran sejak awal selalu menyangkal bahwa mereka mencari senjata atom. Dalam putaran pembicaraan terbaru, Teheran berfokus pada satu sisi dari kesepakatan awal, mencabut sanksi terhadapnya, meskipun sedikit kemajuan dalam mengekang kegiatan atomnya.