Penjinak Bom Ukraina Bersihkan Ranjau Darat Terlarang Buatan Soviet yang Disebar Rusia di Kharkiv
JAKARTA - Otoritas Ukraina memulai pembersihan ranjau darat di kota timur laut, Kharkiv, yang disebarkan oleh Rusia, meminta masyarakat di wilayah itu untuk berhati-hati.
Senin kemarin, pasukan keamanan mengepung sebuah daerah di timur Kharkiv saat mereka membersihkan sejumlah perangkat kecil yang tersebar di jalan-jalan perumahan.
Letnan Kolonel Nikolay Ovcharuk, kepala unit ranjau dari layanan darurat negara mengatakan, perangkat itu adalah ranjau plastik PTM-1M, yang diledakkan menggunakan pengatur waktu dan digunakan secara luas oleh pasukan Soviet di Afghanistan.
"Mereka memiliki pengatur waktu yang dapat merusak diri sendiri," katanya ketika pengeras suara memperingatkan orang-orang untuk tidak mendekati area tertutup di mana tim penyapu ranjau bekerja, seperti melansir Reuters 12 April.
Reuters tidak dapat secara independen mengkonfirmasi jenis perangkat. Ranjau darat yang tersebar seperti ranjau PTM-1M, dilarang berdasarkan perjanjian Ottawa tentang ranjau anti-personil karena risiko korban sipil.
Sebelumnya, pihak berwenang mengeluarkan peringatan pasukan Rusia telah menjatuhkan "bom parasut" di Kharkiv, sebuah kota besar yang dekat dengan perbatasan timur laut dengan Rusia, yang telah dibombardir selama berminggu-minggu.
Warga mengatakan ranjau-ranjau tersebut telah dijatuhkan pada Hari Senin dini hari.
Baca juga:
- Warga Bucha Sebut Pasukan Rusia Tiba 27 Februari: Sita Tiga Apartemen untuk Pos Komando, Korban Tewas Dipukuli dan Ditembak
- Berhasil Diidentifikasi, Dua Komandan Batalion Azov Ukraina Diburu Terkait Penganiayaan Delapan Tahanan Perang Rusia
- Kepala Pentagon Telepon Menhan Ukraina, AS Prioritaskan Pengiriman UAV, Javelin hingga Stinger Bantu Kyiv Hadapi Rusia
- Puluhan Diplomatnya Diusir, Rusia Ingatkan Negara-negara Barat: Merusak Hubungan Bilateral
"Malam ini jam 1 pagi kami mendengar beberapa suara aneh, sesuatu bersiul dan kemudian semuanya jatuh," ungkap seorang pria lokal yang menyebut namanya sebagai Sergey.
Diketahui, pejabat Ukraina telah berulang kali menuduh Rusia melakukan kejahatan perang, tetapi, Moskow yang melancarkan invasi ke Ukraina pada 24 Februari, membantah menargetkan warga sipil. Rusia menyebut tindakannya di Ukraina sebagai “operasi khusus.”