Rudal Rusia Tewaskan Puluhan Pengungsi di Stasiun Kereta Kramatorsk, Menlu Ukraina: Ini Pembantaian yang Disengaja
JAKARTA - Puluhan pengungsi warga sipil yang tengah menunggu dievakuasi di Stasin Kramatorsk tewas, saat rudal Rusia menghantam mereka, menyebabkan sekitar seratusan lainnya luka-luka, pada Hari Jumat.
Sedikitnya 39 orang tewas Jumat, ketika dua roket menghantam stasiun kereta api di Ukraina timur yang dipenuhi pengungsi, kata pihak berwenang Ukraina, saat wilayah itu bersiap menghadapi serangan besar Rusia. Reuters tidak dapat segera memverifikasi informasi yang datang dari kota Kramatorsk.
Pavlo Kyrylenko, gubernur wilayah Donetsk, mengatakan ribuan warga sipil berada di stasiun itu pada saat roket-roket itu menyerang, dalam apa yang dia gambarkan sebagai serangan yang disengaja. Banyak dari yang terluka berada dalam kondisi serius, katanya.
"Mereka ingin menabur kepanikan dan ketakutan, mereka ingin mengambil sebanyak mungkin warga sipil," katanya, melansir Reuters 8 April.
Kyrylenko menerbitkan sebuah foto online yang menunjukkan beberapa mayat di tanah, di samping tumpukan koper dan barang bawaan lainnya. Reuters tidak dapat segera memverifikasi foto tersebut.
Sementara itu, Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky mengatakan tidak ada pasukan Ukraina di stasiun itu. "Pasukan Rusia (menembak) di stasiun kereta biasa, pada orang biasa, tidak ada tentara di sana," katanya kepada parlemen Finlandia dalam sebuah pidato video.
Adapun Menteri Luar Negeri Dmytro Kuleba mengecam serangan tersebut, mengatakan akan memastikan penjahat perang dibawa ke pengadilan untuk mempertanggung jawabkan perbuatanya.
"Rusia tahu bahwa stasiun kereta api di Kramatorsk penuh dengan warga sipil yang menunggu untuk dievakuasi. Namun mereka menyerangnya dengan rudal balistik, menewaskan sedikitnya 30 orang dan melukai sedikitnya seratus orang. Ini adalah pembantaian yang disengaja. Kami akan membawa setiap penjahat perang ke pengadilan," tulis Kuleba di Twitter.
Staf umum militer Ukraina mengatakan pada Hari Jumat, pasukan Rusia fokus untuk merebut pelabuhan Mariupol tenggara yang terkepung, bertempur di dekat kota timur Izyum dan terobosan oleh pasukan Ukraina di dekat Donetsk.
Baca juga:
- Warga Bucha Sebut Pasukan Rusia Tiba 27 Februari: Sita Tiga Apartemen untuk Pos Komando, Korban Tewas Dipukuli dan Ditembak
- Berhasil Diidentifikasi, Dua Komandan Batalion Azov Ukraina Diburu Terkait Penganiayaan Delapan Tahanan Perang Rusia
- Kepala Pentagon Telepon Menhan Ukraina, AS Prioritaskan Pengiriman UAV, Javelin hingga Stinger Bantu Kyiv Hadapi Rusia
- Puluhan Diplomatnya Diusir, Rusia Ingatkan Negara-negara Barat: Merusak Hubungan Bilateral
Terpisah, Kepala Kebijakan Luar Negeri Uni Eropa Josep Borrell mengutuk "serangan membabi buta" di Kramatorsk. "Ini adalah upaya lain untuk menutup rute pelarian bagi mereka yang melarikan diri dari perang dan tujuan yang tidak dapat dibenarkan ini," katanya di Twitter.
Kementerian pertahanan Rusia yang dikutip oleh kantor berita RIA mengatakan, rudal yang dikatakan menghantam stasiun tersebut hanya digunakan oleh militer Ukraina. Angkatan bersenjata Rusia tidak memiliki target yang ditetapkan di Kramatorsk pada Hari Jumat.
Diketahui, Moskow telah membantah menargetkan warga sipil sejak menginvasi Ukraina pada 24 Februari dalam apa yang disebutnya 'operasi militer khusus', untuk demiliterisasi dan denazifikasi tetangganya. Adapun pendukung Ukraina dan Barat menyebut itu sebagai dalih untuk invasi tanpa alasan.