Kenangan Dorce Gamalama Saat Kontroversi Ganti Kelamin: Gus Dur Pahlawan Saya
JAKARTA - Berkarier di industri hiburan lebih dari 20 tahun, Dorce Gamalama mengalami sejumlah kejadian menarik. Salah satu di antaranya adalah ketika presiden Gus Dur meninggal dunia.
Cerita ini tertulis dalam buku karya Hairus Salim HS berjudul “Gus Dur Sang Kosmopolit”. Di bagian pendahuluan, diceritakan momen saat Dorce Gamalama melayat Gus Dur yang meninggal.
Lewat akun pribadinya, Hairus Salim menceritakan ulang kejadian tersebut. Saat itu, Dorce Gamalama merasa sedih lantaran ia tidak menerima tawaran pekerjaan atau manggung.
"Ia bilang sedih dan marah sekali. Tuhan kok kejam sekali, katanya. Selama seminggu terakhir ia dilanda rasa kalah yang mendalam," tulis Hairus Salim.
Suasana berubah ketika Dorce mendengar kabar KH Abdurrahman Wahid atau Gus Dur. Ia pun turut melayat dan mengantar Gus Dur ke tempat peristirahatan terakhirnya.
Baca juga:
"Coba kalau saya dapat job, saya pasti bingung dan mengalami dilema. Kalau saya pergi melayat dan meninggalkan janji pentas yang telah disepakati, saya akan dituntut secara hukum, harus bayar ganti rugi dan rusak reputasi. Tetapi di sisi lain, saya tak mungkin tidak takziah dan mengantarkan Gus Dur ke pemakaman," kata Dorce dikutip Hairus Salim.
Dorce dan Gus Dur memiliki hubungan yang baik apalagi di tengah kontroversi banyaknya yang kontra dengan keputusannya sebagai perempuan. Gus Dur adalah salah satu orang yang membelanya secara publik.
"Dia juga membela saya di saat memilih, apa saya akan jadi perempuan atau laki-laki pada saat itu," kata Dorce.
Dorce Gamalama memiliki sejumlah kenangan dengan Gus Dur, di antaranya ketika ia memanggil Dorce dengan Mbak dan menuangkan nasi di piringnya. Gus Dur juga memberi banyak nasehat kepada Dorce soal hidup.
"Gus Dur Pahlawan saya," kata Dorce Gamalama dulu.
Setelah menempuh operasi dan mengubah diri menjadi perempuan. Keputusan ini memantik kontroversi termasuk di kalangan para ulama.
“Tetapi hanya Gus Durlah saat itu yang membela Dorce. Hal itulah yang membuatnya selalu ingat dan terkenang Gus Dur. Demikianlah, hari itu, kata Dorce, ia dan beberapa krunya menyewa pesawat dan berangkat ke Surabaya untuk melayat ke Jombang,” tulis Hairus Salim.