Semarang Punya Kasus Aktif COVID-19 Tertinggi se-Indonesia, Disusul Jakarta Pusat
JAKARTA - Juru Bicara Satuan Tugas Penanganan COVID-19 Wiku Adisasmito, menyebut bahwa saat ini Kota Semarang menjadi daerah dengan kasus aktif COVID-19 yang paling tinggi se-Indonesia.
Kasus aktif adalah seseorang yang telah terkonfirmasi positif dan sedang menjalani perawatan di rumah sakit atau melakukan isolasi mandiri.
"Kabupaten/kota dengan kasus aktif COVID-19 tertinggi se-Indonesia adalah Kota Semarang dengan 2.317 kasus aktif," kata Wiku di Graha BNPB, Jakarta Timur, Senin, 31 Agustus.
Kemudian, daerah dengan kasus aktif tertinggi setelah Semarang adalah Jakarta Pusat (Jakpus) dengan 1.916 kasus aktif, kota Medan 1.432 kasus aktif, Kota Surabaya 1.355 kasus aktif.
Kemudian Jakarta Selatan 1.338 kasus aktif, Jakarta Timur 1.327 kasus aktif, Jakarta Utara 1.276 kasus aktif, Kota Makassar 1.209 kasus aktif, dan Jakarta Barat 1.135 kasus aktif.
Baca juga:
Wiku menyebut, Sembilan kota dengan kasus aktif di atas angka 1.000 perlu menjadi perhatian bagi para pimpinan daerah dan petugas kesehatan yang menangani COVID-19.
"Seluruh anggota masyarakat juga perlu mengantisipasi ini dan mendorong agar kasus-kasus tersebut sembuh, sehingga keadaannya menjadi lebih baik," ucap Wiku.
Adapun jumlah kabupaten/kota yang saat ini memiliki kasus aktif COVID-19 sebanyak 488 daerah dari total 514 daerah. "Ada 93 kabupaten/kota atau 18 persen daerah yang pada saat ini tidak ada kasus aktifnya," tutur dia.
Lebih lanjut, hari ini terdapat pertambahan 2.743 kasus COVID-19 se-Indonesia. Dengan begitu, sampai saat ini telah ada 174.796 total kasus terkonfirmasi positif.
Dari seluruh akumulasi kasus, sebanyak 41.420 atau 23,7 persen di antaranya merupakan kasus aktif. Angka ini melebihi rata-rata kasus aktif di seluruh dunia sebesar 26,9 persen.
Selanjutnya, ada 125.959 kasus positif yang telah sembuh atau sekitar 72,1 persen. Kabar baiknya, angka kesembuhan ini berada di atas rata-rata dunia sebesar 69,73 persen.
Lalu, ada 7.417 kasus positif yang meninggal dunia atau sekitar 4,2 persen. "Kalau melihat angka kematian dunia adalah 3,34%, Indonesia masih lebih tinggi daripada kondisi di dunia," imbuhnya.