Mengapa Kemenangan Trump akan Sia-Sia bagi AS yang Haus Perubahan
JAKARTA - Tanpa pengalaman di dunia politik, Donald Trump berhasil menduduki kursi presiden Amerika Serikat (AS) pada 2016. Tidak berarti mulus. Banyak kebijakan Trump yang kontroversial dan dirasa tak masuk akal banyak orang. Pada 2019, Trump bahkan sempat dimakzulkan. Jika nanti kembali terpilih, Trump akan jadi presiden pertama yang dimakzulkan, namun berhasil memerintah selama dua periode.
Pandemi COVID-19 menjadi arena bagi Trump untuk melemparkan berbagai hal yang kontroversial. Trump menolak penggunaan masker di hadapan umum. Ia juga memaksa kegiatan ekonomi dan sekolah segera dibuka, padahal kasus COVID-19 di AS yang tertinggi di dunia.
Bahkan, saat Konvensi Nasional Partai Republik, sebagian besar orang yang hadir tidak menggunakan masker dan tak melakukan tes COVID-19. Trump menyalahkan segalanya kepada China. Tak hanya soal COVID-19. Trump memelihara hubungan buruk AS dengan China lewat perang dagang dan aksi saling usir duta besar.
Segala masalah di atas masih bagian kecil dibanding permasalahannya yang lain. Kini, pertanyaannya adalah program apa yang ia tawarkan ketika kembali menjabat sebagai presiden? Sayangnya, tidak ada suatu hal yang baru yang dijanjikan Trump. Selama Konvensi Nasional Partai Republik, yang Trump janjikan lagi-lagi kedamaian dan penegakan hukum. Sisanya, Trump menghabiskan waktu pidato dengan menuding saingannya, Joe Biden, sebagai radikal kiri.
"Rekor Biden lebih memalukan dari pengkhianatan dan kesalahan paling dahsyat dalam hidup kita," kata Trump. "Dia menghabiskan seluruh kariernya di sisi sejarah yang salah."
Trump memperingatkan masyarakat AS bahwa Biden akan menaikkan pajak dan mendorong lebih banyak migrasi tidak berdokumen. Trump juga mengatakan bahwa Biden akan membebaskan penjahat di jalan-jalan dan menyita senjata.
"Jika Joe Biden tidak memiliki kekuatan untuk melawan kaum Marxis yang bermata liar. seperti Bernie Sanders dan rekan-rekan radikal, lalu bagaimana dia bisa membela Anda?" ujar Trump.
Janji yang berulang
Melansir BBC, empat tahun lalu, dalam pidato konvensi, Trump berjanji bahwa "kejahatan dan kekerasan yang menimpa bangsa akan segera berakhir." Dalam pidato pengukuhannya, Trump juga mengatakan "pembantaian di Amerika akan berhenti di sini dan berhenti sekarang juga (periode pemerintahannya)."
Namun, bagaimanapun, kejahatan dan kekerasan di AS meningkat di beberapa kota. Protes atas kebrutalan polisi makin memburuk. Trump menyalahkan keadaan tersebut pada Partai Demokrat yang berada di negara bagian. Ia menambahkan, para pemilih dapat mengirimi pesan dengan cara kembali memilih Trump.
"Suara Anda akan memutuskan apakah kami melindungi orang Amerika yang taat hukum, atau apakah kami memberikan kebebasan kepada para anarkis, agitator, dan penjahat yang melakukan kekerasan yang mengancam warga negara kami," kata Trump.
"Dan pemilu ini akan memutuskan apakah kami akan mempertahankan cara hidup Amerika, atau apakah kami mengizinkan gerakan radikal untuk sepenuhnya membongkar dan menghancurkannya," tambahnya.
Kebangkitan ekonomi
Di sisi lain, Trump dianggap cakap dalam segi perekonomian. AS saat ini berada di tengah-tengah resesi yang memecahkan rekor. Hal tersebut ditunjukkan dengan jumlah pengangguran yang berada pada dua digit dan kepercayaan konsumen yang menurun.
Trump serta Partai Republik cepat memuji kerja kerasnya untuk memulihkan ekonomi AS. Pasar saham sekali lagi mencapai ketinggian baru dan pembelian bisnis bangkit kembali. Jajak pendapat menunjukkan Trump masih mendapatkan nilai terbaiknya dalam penanganan perekonomian.
Fokus utama Konvensi Nasional Partai Republik tampaknya untuk mengingatkan warga AS tentang pencapaian ekonomi yang terjadi sebelum pandemi. Mereka menyebutkan undang-undang pemotongan pajak 2017, negosiasi ulang kesepakatan perdagangan dengan Kanada, Meksiko, dan Korea Selatan, serta angka pengangguran terendah yang diklaim terjadi berkat Trump.
Baca juga:
Partai Republik menekankan bahwa semuanya baik-baik saja di tiga tahun awal pemerintahan Trump. Jadi, Trump lah yang dapat membuat mereka menjadi baik lagi. "Dalam masa jabatan baru sebagai presiden, kami akan kembali membangun ekonomi terbesar dalam sejarah, segera kembali ke pekerjaan penuh, pendapatan melonjak, dan rekor kemakmuran," kata Trump.
Jika berandai-andai apa yang terjadi jika Trump kembali menjadi Presiden AS, jawabannya adalah semua akan sama saja. Trump akan melakukan cara yang sama, memberlakukan aturan yang sama, dan sikap yang sama. Karena seperti kalimat yang pernah dilontarkan Trump: Saya lebih suka datang bekerja setiap hari dan melihat apa yang berkembang.