Sempat Ada Insiden Kandasnya Kapal Kontainer Ever Green: Terusan Suez Catat Rekor Pendapatan, Tembus Rp90 Triliun
JAKARTA - Otoritas Terusan Suez, Mesir melaporkan pendapatan tahun lalu sebesar 6,3 miliar dolar Amerika Serikat, atau sekitar Rp90.213.480.000.000, catatan angka yang menjadi rekor.
Angka tersebut juga menunjukkan kenaikkan hampir 14 persen dibandingkan dengan pendapatan tahun 2020 yang berkisar 5,6 miliar dolar Amerika Serikat, atau sekitar Rp80.189.760.000.000 menurut otoritas kanal.
Tak hanya mencatat rekor pendapatan, jalur air vital yang dilalui setidaknya 10 persen dari perdagangan global ini juga mencatat rekor volume kargo pada tahun 2021. Tercatat hampir 1,57 miliar ton kargo dikirim melalui kanal tahun lalu, dibandingkan dengan 1,17 miliar ton pada 2020, meningkat 8,5 persen.
Pihak berwenang mengatakan, total terdapat 20.694 kapal melewati kanal pada tahun 2021, bertambah dari 18.830 pada tahun 2020, atau lebih dari 56 kapal per hari.
Rekor tersebut bertepatan dengan peningkatan permintaan pengiriman global selama pandemi Covid-19 selama beberapa tahun terakhir.
Selain itu, rekor ini juga dibukukan meskipun arus lalu lintas di kanal ini smepat ada penyumbatan selama enam hari di Bulan Maret, ketika kapal kontainer raksasa Ever Given kandas akibat badai pasir, menghentikan perdagangan global.
Pihak berwenang mungkin telah kehilangan pendapatan hingga 95 juta dolar Amerika Serikat selama enam hari, insiden kandasnya kapal Ever Given, kata manajer riset pada Refinitiv Ranjith Raja.
Insiden itu juga mengakibatkan hilangnya miliaran dalam perdagangan global, menyoroti pentingnya jalur air. Tahun lalu, Terusan Suez menyumbang sekitar 15,7 persen dari total perdagangan lintas laut dunia, kata pihak berwenang.
"Salah satu hal yang dilakukan Ever Given lebih dari apa pun adalah benar-benar memamerkan pentingnya perdagangan global dan betapa pentingnya pelayaran, Terusan Suez, dan jalur laut bagi kehidupan sehari-hari semua orang," terang Salvatore Mercogliano, sejarawan maritim di Universitas Campbell di Carolina Utara, kepada The National News seperti dikutip 4 Januari.
Dalam 152 tahun sejak dibuka pada November 1869 hingga November 2021, 1,4 juta kapal yang membawa 24,7 miliar ton kargo telah berlayar di perairan itu, membayar biaya lebih dari 147 miliar dolar Amerika Serikat.
Pihak berwenang mengatakan berencana meningkatkan biaya transit sebesar 6 persen mulai Februari. Tetapi, kapal pesiar dan kapal yang membawa gas alam cair akan dikecualikan.
Ketika otoritas mengumumkan keputusan pada Bulan November, dikatakan permintaan untuk transportasi laut diperkirakan akan meningkat hingga 6,7 persen pada tahun 2022, menurut proyeksi dari Dana Moneter Internasional (IMF) dan Organisasi Perdagangan Dunia (WTO).
Biaya yang meningkat akan membantu otoritas untuk mengembangkan jalur air, sebagai bagian dari rencana 10 miliar dolar Amerika Serikat untuk memperluas dan memperdalam bagian jalur tunggal selatan.
Baca juga:
- Rusia, China, Inggris, AS dan Prancis Sepakat Tidak Ada yang Bisa Menangi Perang Nuklir
- Iran Belum Akui Pemerintahan Afghanistan di Bawah Taliban, Ini Penjelasan Teheran
- Perdana Menteri Haiti Selamat dari Upaya Pembunuhan, Ditembaki di Luar Katedral
- Varian Omicron Sebabkan Rekor Infeksi, Ribuan Sekolah di Amerika Serikat Tunda Pembukaan Kembali
Itu terjadi setelah perluasan besar-besaran di bagian utara yang selesai pada tahun 2015 dan telah membantu meningkatkan jumlah kapal sehari yang dapat transit di saluran tersebut.
Untuk diketahui, pada tahun 2023 otoritas kanal mengharapkan pendapatan tahunan akan mencapai 13,2 miliar dolar Amerika Serikat, dengan rata-rata 97 kapal per hari.