Telur Dinosaurus yang Diawetkan Berusia 66 Juta Tahun Ini Siap Menetas

JAKARTA - Embrio dinosaurus yang diklaim berusia 66 juta tahun yang lalu sebentar lagi akan menetas dari telurnya, dan mirip dengan seekor burung.

Para ilmuwan mengatakan embrio tersebut saat ditemukan langsung diawetkan oleh mereka. Menurut laporan, fosil itu ditemukan di Ganzhou, China selatan dan milik dinosaurus theropoda atau oviraptorosaur, yang oleh para ilmuwan dijuluki Baby Yingliang.

"Ini adalah salah satu embrio dinosaurus terbaik yang pernah ditemukan dalam sejarah," ungkap peneliti Universitas Birmingham, Fion Waisum Ma, yang ikut menulis makalah.

Ma dan rekan-rekannya menemukan kepala Baby Yingliang dengan kaki di kedua sisi dan punggung melengkung, postur ini sebelumnya tidak terlihat pada dinosaurus, tetapi mirip dengan burung modern. Tetapi, para ilmuwan menduga mereka mungkin memiliki keturunan dinosaurus yang belum lahir.

"Ini menunjukkan bahwa perilaku seperti itu pada burung modern pertama kali berevolusi dan berasal dari nenek moyang dinosaurus mereka," kata Ma.

Oviraptorosaurus, yang berarti kadal pencuri telur adalah dinosaurus berbulu, hidup di tempat seperti Asia dan Amerika Utara selama periode Cretaceous. Mereka memiliki bentuk paruh dan pola makan yang bervariasi, ukurannya berkisar seperti kalkun di ujung bawah hingga Gigantoraptor besar, yang panjangnya delapan meter (26 kaki).

Melansir Phys, Senin, 27 Desember, sementara, Baby Yingliang berukuran panjang sekitar 27 sentimeter (10,6 inci) dari kepala hingga ekor, dan terletak di dalam telur sepanjang 17 sentimeter di Museum Sejarah Alam Batu Yingliang.

Para ilmuwan percaya makhluk itu berusia antara 72 dan 66 juta tahun, dan mungkin diawetkan oleh tanah longsor yang tiba-tiba terjadi kemudian mengubur telur, melindunginya dari apapun selama ribuan tahun. Dia akan tumbuh dua hingga tiga meter jika hidup sampai dewasa.

Spesimen itu adalah salah satu dari beberapa fosil telur yang terlupakan dalam penyimpanan selama beberapa dekade. Para ilmuwan berharap dapat mempelajari Baby Yingliang secara lebih rinci menggunakan teknik pemindaian canggih untuk menggambarkan kerangka lengkapnya, termasuk tulang tengkorak, karena sebagian tubuhnya masih tertutup batu. Malah ini telah terbit di jurnal iScience.